Apakah Mars Adalah Bumi yang Kena Azab?

  • Share

Jika bukan planet kembar dalam Tata Surya, maka pasti Bumi dan Mars adalah ‘adik-kakak’. Namun dalam perkembangannya, keduanya menjadi sama sekali berbeda. Bumi menjadi planet biru yang dapat dihuni, sedangkan Mars menjadi sangat gersang.

Saat ini, Mars yang dijuluki sebagai Planet Merah lebih tampak seperti planet mati. Permukaannya kering dan dingin, jauh di bawah titik beku, tanpa kandungan air.

Padahal sekitar empat miliar tahun silam, Bumi dan Mars terbilang muda dan basah. Bagaimana Mars bisa kehilangan air yang sempat mengalir di bagian permukaannya pada miliaran tahun yang lalu? Mars seperti sebuah planet yang terkena azab, menjadi kering, dingin dan merah.

Sekelompok ilmuwan saat ini mengklaim sudah punya jawabannya: banyak genangan air saat itu terperangkap di bagian kerak permukaan Mars. Air itu ada dalam bentuk mineral yang terkandung di dalam bebatuan planet tersebut. Temuan ini telah didiskusikan dalam Konferensi Sains Bulan dan Planet ke-52 dan telah dipublikasikan di jurnal ilmiah Science

Penelitian ini menggunakan metode observasi termasuk material yang dikumpulkan dari robot penjelajah, pesawat antariksa yang mengorbit di Mars, dan meteorit. Para peneliti kemudian mengembangkan simulasi komputer untuk mengetahui bagaimana air dari permukaan Mars ini menghilang seiring waktu.

Mars saat empat miliar tahun lalu, merupakan planet yang hangat dan basah, yang dimungkinkan karena memiliki atmosfer tebal. Air mengalir melewati sungai-sungai, membelah saluran di bebatuan, dan bermuara pada kawah yang terbentuk karena tumbukan meteorit.

Planet Merah ini juga menampung cukup air untuk menutupi seluruh permukaannya, di dalam lapisan yang berukuran antara 100 meter hingga 1 kilometer. Sekitar satu miliar tahun kemudian, Mars berubah menjadi planet yang lebih dingin dan sunyi seperti yang kita ketahui hari ini.

“Kita sudah tahu sejak lama, bahwa Mars itu lebih basah dalam sejarah awalnya. Tapi, nasib buruk air yang menyelimutinya menjadi masalah yang terus berlanjut,” kata ahli planet dan ilmuwan di Natural History Museum di London, Inggris, Dr Peter Grindrod, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (20/3/2021).

“Kita sudah tahu dari sejumlah penelitian atmosfer Mars, bahwa sejumlah air itu terlepas ke angkasa, dan endapan es yang tersisa dan di bawah permukaan menunjukkan pada kita bahwa air juga membeku,” tambahnya.

Terlepas ke angkasa

Bumi memiliki sebuah magnet pelindung atau magnetosphere yang membantu mencegah atmosfer dari pelepasan. Sayangnya magnet pelindung Mars lemah, sehingga bisa menyebabkan komponen unsur air bisa menghilang dari planet tersebut.

Hasil dari proses pemodelan komputer menunjukkan antara 30% hingga 99% awal air di Mars, masuk ke dalam mineral dan terkubur pada lapisan kerak planet.

Peneliti lainnya, Prof Bethany Ehlmann dari California Institute of Technology menjelaskan bahwa dengan mempelajari data dari misi Mars, maka semakin jelas bahwa hal ini sangat umum untuk menemukan bukti perubahan bentuk air.

“Ketika kerak mengalami perubahan, ini membutuhkan air dan menyimpannya di dalam mineral terhidrasi yang memiliki kandungan air di dalam struktur sehingga secara efektif akan terperangkap,” jelasnya.

Para ilmuwan dalam studi ini berpendapat bahwa kebanyakan air ini hilang pada rentang 4,1 hingga 3,7 miliar tahun lalu, atau yang sepanjang sejarah Mars dikenal sebagai Periode Noachian.

Perubahan Iklim Mars

Dr Michael Meyer, ilmuwan yang memimpin program eksplorasi NASA untuk Mars mengatakan, peran menyeluruh dari eksplorasi Mars adalah mengamati kandungan air, karena unsur ini memiliki peran penting dalam geologi, perubahan iklim dan kehidupan di sebuah planet.

“Ini adalah jurnal yang sangat penting untuk memahami berapa banyak air di Mars, bagaimana ini bisa lenyap dan ke mana alirannya sampai hari ini,” ujarnya.

Sementara itu, Dr Grindrod menambahkan bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa ada banyak air, bahkan kemungkinan sebagian besar, yang sebenarnya terperangkap di dalam bebatuan Mars. Proses hidrasi mampu menyimpan volume air yang besar hingga jumlah yang setara dengan lapisan global sedalam satu kilometer.

“Meskipun kebanyakan air kemungkinan menghilang setelah sekitar satu hingga setengah miliar tahun setelah Mars terbentuk, kami melihat bukti mineral terhidrasi pada permukaan hari ini, di kawasan seperti kawah Jezero yang saat ini sedang dieksplorasi oleh robot penjelajah Perseverance,” terangnya.

Menurutnya, iklim awal Mars tetap menjadi satu topik paling penting dalam kajian ilmiah mengenai planet tersebut, dan penelitian ini akan membantu kita untuk memahami proses hilangnya air dari Mars.

Artikel asli : detik.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *