Berkaca dari India, Apa yang Perlu Diwaspadai agar Tak Terjadi “Tsunami” Covid-19?

  • Share

India berada dalam situasi mencekam setelah terjadi gelombang kedua pandemi Covid-19.

Negara itu melaporkan rekor dunia kasus infeksi Covid-19 harian selama empat hari berturut turut. Terbaru, India mengonfirmasi 349.691 kasus pada Minggu (25/4/2021) dengan 2.767 kematian baru.

Kondisi itu membuat banyak rumah sakit kehabisan oksigen dan tempat tidur.

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, Indonesia harus mengambil pelajaran dari gelombang kedua di India.

Menurut dia, kondisi di India kembali menegaskan bahwa pandemi virus corona merupakan hal yang serius dan butuh respons nyata oleh pemerintah dan masyarakat.

“Respons seriusnya adalah respons kesehatan masyarakat, bukan di luar itu. Apa? respons di preventif dan promotif,” kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Minggu (25/4/2021).

“Kalau bicara preventif ya 3T (testing, tracing, treatment) dan ada vaksinasi, kalau bicara promotif ya ada 5M,” sambungnya.

Tak bisa diprediksi

Dicky mengatakan, semua respons tersebut harus dilakukan dengan strategi komunikasi risiko yang tepat.

Artinya, tak boleh berpuas diri ketika kasus infeksi Covid-19 sedang turun. Sebab, situasi pandemi tak bisa diprediksi.

“Tidak boleh berpuas diri, bukan begitu strateginya, karena situasinya unpredictable. Tak boleh klaim-klaim seperti itu,” ujar Dicky.

“Bagaimana mungkin tren menurun di tengah tingkat positivity rate tinggi, itu jadi bias dan argumentasinya tidak kuat. Ini pelajaran penting bagi indonesia,” lanjutnya.

Ia menjelaskan, pemerintah harus melakukan penguatan respons kesehatan di level komunitas. Meski sudah ada PPKM, tapi Dicky menganggap upaya preventif dan promotif belum memadahi.

Dicky mengatakan, respons pandemi tak bisa dilakukan secara soliter atau hanya menonjol di beberapa daerah, tetapi harus secara menyeluruh.

“Yang terjadi di India, beberapa daerah serius menangani, di daerah lain melakukan pemilu, seremonial besar-besaran. Ya tidak bisa dalam situasi pandemi seperti ini. Kondisi buruk di tempat jauh sekali pun tetap berdampak pada daerah lainnya,” jelas dia.

Dicky mengingatkan, vaksin Covid-19 tak bisa menyelesaikan pandemi secara instan sehingga masih tetap membutuhkan komitmen dan keseriusan dalam menerapkan respons kesehatan tersebut.

Seperti diketahui, India telah menyuntikkan vaksin kepada sekitar 100 juta warganya. Namun, negara itu tetap tak bisa menghindari ‘tsunami’ kasus Covid-19 kali ini.

Ia menyebutkan, masih banyak misteri yang melingkupi Covid-19, khususnya kemunculan vairan baru di banyak negara.

“Itu yang berperan dalam memperburuk situasi pandemi,” kata Dicky.

Oleh karena itu, Indonesia harus belajar dari masa lalu dan pengalaman negara lain, baik yang baik maupun buruk.

Dicky meminta agar pemerintah tegas melarang mudik dan tidak melakukan pelonggaran.

“Ini harus dibangun komunikasi untuk memperkuat penyampaian pada publik bahwa situasinya tidak aman dan bisa memperburuk di tengah banyaknya varian baru. Ini tidak boleh angin-anginan juga,” ujar Dicky.

Artikel asli : kompas.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *