Irene Kharisma Sukandar punya cerita menarik dalam perjalanan kariernya menjadi seorang Pecatur Putri Indonesia.
Irene pernah bertanding catur dari pasar ke pasar untuk melatih mentalnya menjadi seorang pecatur profesional.
Kepada Kompas.com, Irene menceritakan pengalaman berharganya itu melalui telewicara pada Rabu (20/4/2021).
“Iya itu betul ke lapak-lapak di pasar dekat stasiun bersama kakak saya juga diantar oleh papa saya,” kata Irene.
“Jadi itu memang suatu pengalaman yang harganya tidak bisa tergantikan karena itu sangat bernilai sekali bagi karier dan prestasi saya sampai sekarang ini,” sambungnya.
Irene diketahui sudah dikenalkan oleh sang ayah dengan dunia olahraga catur sejak usia 7 tahun.
Awalnya Irene berambisi untuk mengalahkan kakaknya Kaisar Jenius Hakiki dalam pertandingan catur dan menemukan bakatnya di bidang itu.
Hingga akhirnya Irene dan Kaisar mengikuti sekolah catur.
Irene menuturkan, sang ayah sengaja mengajaknya bertanding dari pasar ke pasar untuk menguji mentalnya saat bertanding.
“Ya dilatih mental jadi kita belajar untuk berani melawan orang-orang pasar itu, dengan kondisi seperti itu, tanpa AC. Jadi dengan segala kondisi seperti itu tapi kita tetap konsentrasi,” tutur Irene.
“Ini salah satu penggemblengan yang papa lakukan untuk saya dan kakak saya supaya mental kita lebih kuat lagi, karena otomatis kita akan bermain dengan banyak orang yang jauh lebih tua di atas kita,” lanjutnya.
Sang ayah akan memberikan imbalan sejumlah uang bagi mereka yang berhasil mengalahkan Irene dan Kaisar.
Ketika itu Irene masih berusia 10 tahun. Ia pun ditantang untuk bertanding dengan orang yang lebih dewasa darinya.
Irene pernah bertanding catur di pasar-pasar sekitar kawasan Jakarta Selatan seperti di Pasar Kebayoran Lama dan Pondok Pinang.
Menurut Irene pengalaman itu memberikan banyak ilmu untuk dirinya.
“Tapi pada dasarnya hal-hal seperti itu memang diperlukan untuk pembekalan mental, walaupun secara teknis juga sangat membantu karena kita main catur dengan orang-orang di pasar itu untuk memperkaya repertoar kita akan karakter-karakter pemain yang berbeda,” ucap Irene.
“Jadi kalau kakak saya dan saya waktu itu kan kita sudah ada sekolah catur yang rata-rata pemainnya teori sedangkan kalau kita ke pasar-pasar mereka punya gaya, dan karakter sendiri yang di luar buku,” tambahnya.
Artikel asli : kompas.com