Megawati Sebut Kemiskinan China 0 Persen, Benarkah? Cek Faktanya

  • Share
Megawati Sebut Kemiskinan China 0 Persen, Benarkah? Cek Faktanya

Presiden ke-5 Indonesia, Megawati Soekarnoputri, menyebutkan kemiskinan di China telah capai 0 persen. Ia juga memperbandingkan program pengentasan kemiskinan yang sudah dilakukan China dengan di Indonesia.

“Saya ngomong barusan RRC, saat ini ia dapat menjelaskan lho, 100 tahun Partai Komunis ia declare ke dunia poverty [kemiskinan] 0 persen lho,” kata Megawati saat jadi pembicara kunci pada acara ‘Sarasehan Nasional Indonesia Muda Membaca’, Selasa (29/6).

Ketua Umum PDI Perjuangan itu juga berasa bingung, negara yang mempunyai warga paling banyak di dunia dapat memotong kemiskinan secara baik dibanding Indonesia.

“Itu pertanyaan saya why ia bisa? Walau sebenarnya [penduduk] dia 1,5 miliar. Kita hanya 270 juta, seperapatlah. Mengapa kita seperti mundur-maju terus-terusan? Apa kelirunya?” katanya.

Lalu masalah kemiskinan warga China yang disebutkan Megawati 0 persen, seperti apakah realitas sesungguhnya?

Menurut penelusuran kumparan.com yang kami kutip, pengakuan Megawati masalah data kemiskinan China 0 persen itu mengambil sumber dari pidato Presiden China Xi Jinping, pada Kamis, 25 Februari 2021. Dalam pidato yang berlangsung sepanjang 1 jam itu, Xi Jinping mengklaim sudah sukses memenangi perang menantang kemiskinan perdesaan di China.

Diambil dari kantor informasi sah Pemerintahan China, Xinhua, Xi Jinping menyebutkan sudah sukses mengentaskan 100 juta masyarakatnya dari kemiskinan. Ini ia sebutkan sebagai hadiah awalnya ulang tahun ke-100 Partai Komunis China yang jatuh di bulan Juli tahun ini.

“Ini merupakan kemuliaan dan kehormatan beberapa orang China,” ucapnya.

Mengambil data Bank Dunia, angka kemiskinan China di tahun 2000 masih di status 49,8 persen. Jumlah itu semakin menurun mencolok jadi 0,6 persen di 2019, saat sebelum wabah COVID-19 muncul dari negara ini dan menyebar ke beberapa negara di dunia.

Pada 2020, angka kemiskinan China disebutkan berada di status 0 persen. Sementara media Barat menanggapi data ini dengan skeptis. “Claim Xi Jinping untuk memberantas kemiskinan ada saat wabah COVID-19 akan menjerat 150 juta orang ke kemiskinan berlebihan di penjuru dunia. Ini menurut Bank Dunia,” catat The Washington Post menanggapi pidato pimpinan China itu.

“Bagaimanakah mungkin China sudah ada dari kritis global karena wabah yang relatif tanpa cidera?” tulisnya kembali.

Pada laporan yang serupa, The Washington Post mengutarakan Pemerintah Xi Jinping sudah menggulirkan 1,6 triliun yuan atau sama dengan Rp 3.600 triliun untuk program pengentasan kemiskinan itu.
Dana sebesar itu diteruskan sebagai kontribusi produktif untuk warga miskin, berbentuk utang tunai sampai hewan ternak. Kepala wilayah juga segera dari pintu ke pintu rumah masyarakat miskin, untuk salurkan kontribusi itu.

Saat itu BBC menulis, pengentasan kemiskinan terutamanya di perdesaan jadi sasaran berambisi Xi Jinping semenjak ia pimpin China pada 2012. Pemerintahan China sendiri semenjak 2010 memutuskan standard kemiskinan di perdesaan, yaitu warga yang mempunyai pendapatan minimum USD 2,30 setiap hari. Angka ini bahkan juga semakin tinggi dari standard Bank Dunia yang menetapkan USD 1,90 setiap hari.

Beberapa pimpinan di wilayah juga, berlomba jalankan program pengentasan kemiskinan pimpinan nasional mereka. Pada 1990 ada lebih dari 750 juta orang di Cina yang hidup di bawah garis kemiskinan atau sekitaran dua pertiga dari komunitas.

Di tahun 2012 saat Xi Jinping pimpin pertama kalinya, jumlah warga miskin telah berkurang mencolok jadi kurang dari 90 juta jiwa. Pada 2019, data yang paling akhir di-launching Bank Dunia, mengatakan angka kemiskinan China sebesar 0,6 % dari komunitas warga negara tersebut.

“Jadi terang, bahkan juga di tahun 2019 China sedang diperjalanan untuk capai sasarannya,” catat BBC.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *