Salah seorang mujahidin lalu berdoa,”Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.”
Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para mujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Ta’ala telah memberi pertolongan dengan segera mengabulkan doanya.
5. Keberadaan merpati dan anjing
Seorang mujahid Palestina menuturkan kisah “aneh” lainnya kepada situs Filithin AlAan. Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, dia melihat seekor merpati terbang dengan suara melengking, yang melintas sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.
Sejumlah mujahidin lainnya yang juga melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan burung tersebut.
Begitu merpati melintas, para mujahidin langsung berlindung di tempat persembunyiannya. Dugaan mereka benar. Beberapa saat kemudian, bom-bom Israel datang menghunjam wilayah tersebut. Tapi para mujahidin selamat, karena sudah berlindung di tempat persembunyian.
Ada lagi “keajaiban” lain. Kali ini bukan mengenai merpati, tetapi keberadaan seekor anjing. Kisah ini juga pernah diberitakan situs Filithin Al Aan.
Suatu hari, ketika sekumpulan mujahidin Al Qassam melakukan ribath di front pada tengah malam, tiba-tiba muncul seekor anjing militer Israel jenis doberman. Anjing itu kelihatannya memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel guna menemukan tempat penyimpanan senjata dan bunker-bunker yang menjadi tempat persembunyian para mujahidin.
Anjing besar ini mendekat dengan menampakkan sikap tidak bersahabat. Salah seorang mujahidin mendekati anjing itu, dan berkata kepadanya, “Kami adalah para mujahidin di jalan Allah dan kami diperintahkan untuk tetap berada di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami, dan jangan kamu menimbulkan masalah untuk kami.”
Setelah itu, si anjing duduk dengan dua kaki depannya dijulurkan ke arah para mujahidin. Anjing itu diam saja. Akhirnya, seorang mujahidin mendekatinya dan memberinya beberapa korma. Dengan tenang, anjing itu memakan korma itu, lalu beranjak pergi. Subhanallah!
6. Kabut pun ikut membantu
Allah bisa membantu orang-orang yang disayanginya dengan berbagai cara. Bisa melalui merpati dan anjing, seperti dikisahkan sebelumnya, bahkan bisa juga dengan memanfaatkan badai. Sebab, Allah juga yang menciptakan badai.
Kisah menarik ini disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam di kamp pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat dhuhur di Masjid Al Qassam.
Saat itu sekelompok mujahidin yang melakukan ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank Israel dan pasukan khusus mereka. Dari atas, pesawat mata-mata terus mengawasi.
Ketika posisi para mujahidin terjepit, kabut tebal tiba-tiba turun malam itu. Kabut itu telah menutupi pandangan mata semua tentara Israel dan membantu pasukan mujahidin keluar dari kepungan.
Kasus hampir sama juga pernah diceritakan Abu Ubaidah, salah satu pemimpin lapangan Al Qassam, seperti diberitakan situs almesryoon.com. Da bercerita bagaimana kabut tebal tiba-tiba bisa turun dan membantu para mujahidin untuk melakukan serangan.
Awalnya, pasukan mujahiddin sedang menunggu waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank milik tentara Israel. Jika berhasil, maka tank-tank itu akan diledakkan. “Tak lupa kami berdoa kepada Allah agar dimudahkan untuk melakukan serangan ini,” kata Abu Ubaidah.
Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi. Semua aksi para mujahidin itu tanpa pernah diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi langit Gaza, juga tak terdeteksi pasukan infantri Israel yang berada di sekitar kendaraan militer itu.
Alhasil, lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.
7. Selamat berkat Al Qur’an
Cerita ini bermula ketika salah seorang pejuang Palestina menderita luka dan memasuki RS As Syifa’. Dokter yang memeriksanya kaget saat mengetahui ada sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang tersebut.
Yang membuat dokter kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung sang pejuang, karena terhalang oleh buku doa dan mushaf Al Qur’an yang selalu berada di saku sang pejuang.
Buku kumpulan doa itu memang berlobang. Mushaf Al Qur’an tetap utuh, meski sebagian sampulnya rusak. Namun proyektil itu sudah berantakan menjadi serpihan-serpihan di saku baju sang pejuang itu. Allahu Akbar!
Kisah tersebut bukan mengada-ada, karena disaksikan sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan pernah dan diceritakan kembali saat berlangsung Festival Ikatan Dokter Yordan, sebagaimana ditulis dalam situs Al Ikhwan Al Muslimun.
Dr Hisam juga memperlihatkan bukti proyektil peluru, mushaf Al Qur’an, serta buku kumpulan doa berjudul Hishnul Muslim yang mampu menahan peluru tersebut.
Abu Ahid, imam Masjid AnNur di Hay As Syeikh Ridzwan, juga punya kisah menarik. Sebelumnya, Israel telah menembakkan tiga rudalnya ke masjid itu hingga tidak tersisa, kecuali hanya puing-puing bangunan.
“Tetapi mushaf-mushaf Al Qur’an tetap berada di tempatnya dan tidak tersentuh apa-apa,” ucapnya, seraya tak henti bertasbih.
“Kami melihat beberapa mushaf yang terbuka tepat di ayat-ayat yang mengabarkan kemenangan dan kesabaran, seperti firman Allah, ‘Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali,”(Al-Baqarah: 155-156),” jelas Abu Ahid.
8. Harumnya jasad para syuhada
Dalam sepekan terakhir kita melihat tayangan televisi mengenai penderitaan warga Palestina akibat kebiadaban tentara Israel. Sebagian memang menangisi anggota keluarganya yang wafat, tetapi itu sebenarnya tidak lama.
Bahkan dalam tangisnya, warga Israel selalu meneriakkan “Allahu Akbar”. Mereka tak pernah putus asa dari pertolongan Allah.
Yang mengharukan, sering terdengar dialog ketika ada anggota keluarga atau tetangga yang wafat akibat serangan rudal dan roket Israel. “Si A sudah menjadi syuhada. Siapa lagi yang hari ini dan esok akan menyusul menjadi syuhada?”
Ini menggambarkan betapa warga Palestina yang muslim sangat percaya kepada Allah, kepada takdir Allah, kepada pertolongan Allah, serta kepada janji Allah yang akan menjadikannya sebagai penghuni surga.
Banyak kisah menarik dan inspiratif seputar para syuhada Palestina yang gugur saat menghadapi aksi barbar tentara Israel.
Abdullah As Shani, anggota kesatuan sniper (penembak jitu) al-Qassam, menjadi sasaran rudal F-16 Israel saat berada di pos keamanan di Nashirat, Gaza. Jasad komandan lapangan al-Qassam, bahkan pengawal khusus para tokoh Hamas, ini “hilang” setelah terkena rudal.
Selama dua hari, jasad itu terus dicari. Akhirnya yang ditemukan hanya serpihan kepala dan dagunya saja. Yang lain sudah hancur tak bersisa. Serpihan-serpihan tubuh itu lalu dikumpulkan dan dibawa keluarganya ke rumah untuk dimakamkan.
Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo. com, serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di salah satu kamar. Tak lama kemudian, muncul bau harum misk dari kamar tempat dimana serpihan tubuh tadi disimpan.
Keluarga Abdullah As Shani’ terkejut, lalu memberitahu orang-orang yang mengenal sang pejuang yang memiliki julukan Abu Hamzah ini.
Puluhan orang lalu beramai-ramai mendatangi rumah itu. Mereka masih mencium bau harum yang berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam kantong plastik.
Bahkan, menurut pihak keluarga, 20 hari setelah wafatnya pria yang tak suka menampakkan amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali semerbak memenuhi rungan yang sama.
Kisah serupa terjadi pula pada jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid Al Qassam yang mati syahid akibat serangan udara Israel di Nashiriyah.
Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis yang mukim di Gaza, ikut mencium bau harum dari sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar. Meski kain telah dicuci berkali-kali, bau harumnya tetap semerbak.
Ketua Partai Amal Mesir, Majdi Ahmad Husain, menyaksikan sendiri harumnya jenazah para syuhada. Seperti dilansir situs Al Quds Al Arabi, saat masih berada di Gaza, dia mengatakan:
“Saya telah mengunjungi sebagian besar kota dan desa. Saya ingin melihat bangunan-bangunan yang hancur karena serangan Israel. Percayalah, saya mencium bau harumnya para syuhada.”
9. Dua pekan wafat, darah tetap mengalir
Yasir Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza dalam rangka bergabung dengan sayap milisi pejuang Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam. Dia meninggalkan Mesir setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka beberapa bulan lalu.
Sebelumnya, pemuda yang gemar menghafal Al Qur’an ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para penghafal) Al Qur’an di Gaza, dan bergabung dengan para mujahidin untuk memperoleh pelatihan militer.
Sebelum masuk Gaza, pada pertemuan akhir dengan salah seorang sahabatnya di Rafah, dia minta didoakan agar memperoleh kesyahidan.
Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih. Di bumi jihad Gaza, dia telah memperoleh apa yang dicita-citakannya. Yasir syahid dalam pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.
Karena kondisi medan yang tak memungkinkan, jasad Yasir baru bisa dievakuasi setelah dua pekan berada di medan pertempuran tersebut.
Meski sudah dua pekan meninggal, para pejuang yang ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan darah segar pemuda berumur 21 tahun itu masih mengalir dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti orang yang sedang tertidur.
Sebelum syahid, para pejuang pernah menawarinya untuk menikah dengan gadis Palestina. Namun Yasir menolak. “Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya.
Para khatib sering menjadikan kisah nyata ini sebagai bahan khutbah Jumat mereka, sekadat untuk menunjukkan tanda-tanda keajaiban selama Perang Gaza. Cerita ini bahkan pernah dimuat oleh Arab Times.
10. Mati 1.000, lahir 3.000
Kita sering mendengar peribahasa “mati satu tumbuh seribu”. Bagi warga Gaza, ungkapan yang lebih pas adalah “mati 1.000, lahir 3.000”.
Dalam invasi tentara Israel ke Gaza sejak tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009 (sekitar 22 hari), tercatat 1.412 warga Gaza tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial pada Kementerian Kesehatan Palestina, mencatat dalam kurun waktu yang sama lahir 3.700 bayi di Gaza.
Isu tentang upaya Israel melakukan genosida memang bukan sekadar isapan jempol. Hampir dalam setiap aksi militernya, khususnya melalui udara, Israel selalu berdalih ingin menghancurkan markas dan rumah para pemimpin Hamas.
Faktanya, yang menjadi korban umumnya perempuan dan anak-anak. Hal ini memang telah didesain pemerintah Israel, karena perempuan akan terus melahirkan bayinya. Anak-anak akan tumbuh besar, dan sebagian kelak akan menjadi mujahidin yang memerangi Israel.
Dalam agresinya sejak 8 Juli lalu, warga Palestina yang tewas juga didominasi perempuan dan anak-anak. Dan sama seperti kejadian-kejadian sebelumnya, jumlah korban tewas akan selalu diganti oleh bayi-bayi yang baru lahir, dengan tiga kali lipat lebih banyak daripada jumlah korban tewas.
Mereka inilah yang nantinya akan terus berjuang mempertahankan kemerdekaan Palestina, sembari menunggu vonis akhir dari Allah.
Artikel asli : tribunnews.com
Response (1)