Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membagikan kisahnya saat ziarah di sela kegiatan kerja sama ketahanan pangan dengan Kabupaten Ngawi beberapa hari lalu. Ziarah ke Ponorogo, Anies menjadi orang satu-satunya yang dipersilahkan tidur di Ndalem Njero.
Ndalem Njero merupakan kamar yang dulu digunakan Kyai Ageng Besari perintis padepokan Gebang Tinatar sekitar tahun 1700an. Dari keturunan Kyai Ageng Besari dan dari pondok ini lahir dan bermunculan ulama, kyai, tokoh yang luar biasa banyaknya dan besar pengaruhnya di tanah Jawa. Padepokan atau Pondok Tegalsari inilah cikal bakal konsep pondok pesantren yang dikenal saat ini.
“Keinginan lama itu akhirnya tertunaikan: ziarah dan silaturahmi ke Desa Tegalsari, Ponorogo. Pergi ke Kab. Ngawi utk Kegiatan Kerjasama Ketahanan Pangan Jakarta memberikan kesempatan utk mampir ke Ponorogo,” tulis Anies dalam akun instagramnya @aniesbaswedan dikutip Selasa (27/4/2021)
Tahun 2009, Anies mengaku menerima amanah untuk memanfaatkan dan mengurus sebuah Joglo yang usianya lebih dari 300 tahun. Sejak itu dia berkeinginan untuk bisa menjenguk lokasi asalnya yaitu Desa Tegalsari.
Joglo yang diamanahkan itu adalah warisan dari keluarga ulama besar Kyai Ageng Muhammad Besari (wafat 1747M). “Rencana semula, kami silaturahmi di Tegalsari sampai magrib lalu kembali ke Madiun, menginap di sebuah hotel di sana. Tapi dzuriyah, keluarga keturunan, meminta utk bermalam di Ndalem Ageng supaya bisa ngobrol lebih panjang,” ungkapnya.
Jadi, lanjut Anies, dirinya mulai dengan ziarah ke makam Kyai Ageng Besari, lalu silaturahmi mulai magrib, dilanjutkan dengan Tarawih di Masjid yg didirikan sekitar 1725 lalu dilanjutkan dengan ngobrol santai hingga larut malam di pendopo Ndalem Ageng. Dalam silaturahmi itu Anies menjelaskan bahwa joglo warisan itu terus dirawat dan digunakan kegiatan masyarakat juga.
“Keluarga juga mengundang untuk tidurnya di Ndalem Njero, di kamar yg dulu digunakan Kyai Ageng Besari. Sebuah kehormatan luar biasa, karena selama ini tidak pernah digunakan utk tidur dan tidak ada yg diizinkan untuk tidur di kamar itu,” paparnya.
Malam itu Anies tidur sendirian di Ndalem Njero hingga saat sahur. Sebuah kamar besar, yang terasa teduh, tenang dan amat nyaman. Kayunya amat tua hingga ada lapisan yang membuatnya jadi terkesan keabu-abuan. Dipan asli sudah tidak digunakan, potensi rapuh akibat usia yang amat panjang.
“Tuntas sudah niat silaturahmi dengan dzuriyah Kyai Ageng Besari. Sebuah kehangatan silaturahmi yang luar biasa. Dan, pengalaman bermalam di kamar itu adalah pengalaman yang menyenangkan, yang extra-ordinary,” pungkasnya.
Artikel asli : sindonews.com