Festival keagamaan Kumbh Mela menjadi salah satu pemicu lonjakan besar-besaran Corona (COVID-19) di India. Diketahui saat ini kasus harian baru India mencapai 401.993 kasus per Sabtu (1/5) dengan jumlah kematian 3.523 kasus.
Seperti dilansir The Associated Press, Minggu (1/5/2021), festival Kumbh Mela, atau festival kendi, adalah salah satu ritual paling suci dalam agama Hindu.
Umat Hindu berkumpul di kota utara Haridwar dan mandi di air Sungai Gangga, yang diyakini akan membebaskan mereka dari dosa-dosa.
Pemerintah India, yang dikuasai oleh Perdana Menteri (PM) Narendra Modi dan Partai Bharatiya Janata (BJP), mengaku tetap memberikan izin pelaksanaan festival dengan alasan tidak ingin membuat marah umat Hindu.
Festival keagamaan ini diwarnai ritual mandi di Sungai suci Gangga yang diyakini akan menghapus dosa. Sedikitnya 5 juta orang mengikuti kegiatan tersebut tanpa mengindahkan aturan jaga jarak sosial (social distancing) dan abai memakai masker di tengah kerumunan.
“Kami terus mengimbau orang-orang untuk mengikuti protokol kesehatan COVID-19. Tapi karena kerumunan yang besar, hal itu praktis tidak memungkinkan,” kata perwira polisi senior setempat, Sanjay Gunjyal.
Kritikan terhadap PM Narendra Modi terus dilontarkan banyak warga India akibat penanganan lonjakan kasus virus Corona (COVID-19). Sejumlah warga mengaku muak dengan Modi yang tetap menggelar kampanye politik yang dihadiri puluhan ribu orang di tengah pandemi.
Selain tetap menggelar kampanye, Modi juga dikritik karena membiarkan umat Hindu berkerumun saat festival keagamaan yang menarik perhatian jutaan orang. Tagar yang berbunyi #ResignModi dan #SuperSpreaderModi juga menjadi trending di media sosial Twitter beberapa waktu lalu,
Jenazah korban tewas akibat Corona kini bertumpuk di rumah duka dan krematorium, dengan rumah-rumah sakit setempat kewalahan menangani pasien Corona. Banyak rumah sakit yang melaporkan kekurangan tempat tidur, pasokan tabung oksigen medis dan sarana untuk tes Corona.
Menteri Kesehatan Negara Bagian Maharashtra, Rajesh Tope, mengatakan suplai oksigen sudah habis di rumah sakit. Hal ini, menurutnya, terjadi karena ada kebocoran tangki.
“Kebocoran terdeteksi pada tangki yang menyuplai oksigen untuk pasien. Suplai yang terganggu bisa dikaitkan dengan kematian pasien di rumah sakit,” kata Rajesh.
Tragedi RS-RS Terbakar
Di tengah terpaan gelombang ‘tsunami Corona’, India dilanda beberapa kali tragedi RS terbakar. Bahkan akibat kebarakan RS, puluhan orang tewas karena terjebak di dalam bangunan RS.
Terbaru, kebakaran terjadi di RS berlantai empat di Bharuch, di negara bagian Gujarat, India barat. Seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (1/5), kebakaran terjadi pukul 01.00 dini hari waktu setempat.Korban tewas mencapai 18 orang, kata pejabat polisi setempat Rajendrasinh Chudasama kepada AFP, “termasuk 16 pasien dan dua perawat.”
“Penyelidikan awal mengungkapkan bahwa kebakaran itu terjadi karena korsleting di ICU rumah sakit,” katanya.
Sebelumnya pada 23 April lalu, kebakaran di sebuah rumah sakit di pinggiran kota Mumbai menewaskan 13 pasien COVID-19. Ini terjadi hanya beberapa hari setelah kobaran api menewaskan 22 orang di klinik lain, juga di negara bagian Maharashtra.
Bulan lalu, 22 pasien virus Corona juga meninggal di rumah sakit di negara bagian Maharashtra, ketika pasokan oksigen ke ventilator mereka terganggu oleh kebocoran.
Artikel asli : detik.com