Masker yang dipakai berulang kali dalam durasi yang lama, perlu sering dicuci karena mengandung mikroba dari kulit dan tetesan pernapasan kita.
Sebuah penelitan yang dilakukan oleh laboratorium Eurofins menunjukkan bahwa bakteri, ragi dan jamur ditemukan dalam masker yang dipakai untuk waktu lama.
Melansir Straits Times, Minggu (16/5/2021), eksperimen ini dilakukan pada masker sekali pakai dan masker reusable (masker yang dapat digunakan berulang atau masker kain).
Semakin lama durasi mengenakan masker, maka jumlah mikroba akan semakin banyak.
Karena itu, penting untuk memperhatikan durasi penggunaan masker dan kebersihan masker reusable.
Hasil eksperimen
Eksperimen tersebut mengamati mikroba pada masker yang dipakai selama 6 jam dan 12 jam.
Peneliti menguji jumlah total bakteri, ragi dan jamur, serta Staphylococcus aureus, yang umumnya berkaitan dengan infeksi kulit dan Pseudomonas aeruginosa, yang terkait dengan ruam.
Meskipun strain S. aureus dan P. aeruginosa tidak ada dalam sampel masker yang diuji, tingkat ragi dan jamur serta jumlah bakteri total lebih tinggi pada masker yang telah dipakai selama 12 jam.
Masker yang dapat digunakan kembali umumnya mengandung lebih banyak mikroba daripada yang sekali pakai.
Sementara itu, masker yang dapat digunakan kembali yang telah dipakai selama 6 jam dan dibiarkan tidak dicuci selama seminggu, menyisakan bakteri, ragi dan jamur.
Masker yang tidak sering dicuci bisa menjebak debu, kotoran, keringat dan berbagai mikroba lainnya.
Lingkungan mikro yang hangat dan lembab di dalam masker memang cenderung kondusif bagi mikroba untuk berkembang.
Akan tetapi para penaliti mencatat bahwa tidak semua mikroba berbahaya.
Tes lebih lanjut
Perlu tes lebih lanjut untuk mengetahui jenis bakteri yang ditemukan pada masker dan apakah berpotensi menyebabkan penyakit atau kondisi kulit.
Dr John Common, peneliti utama di Skin Research Institute of Singapore, di Agency for Science, Technology and Research, mengatakan S. aureus dapat menghasilkan sejumlah racun yang terkadang merugikan manusia.
Ini diklasifikasikan sebagai pathobiont, yang berarti dapat menyebabkan kerusakan pada kondisi tertentu, meskipun bakteri tersebut dapat ditemukan secara umum pada orang sehat.
Reaksi alergi
Dr John Chen, asisten profesor di departemen mikrobiologi dan imunologi di Sekolah Kedokteran Yong Loo Lin Universitas Nasional Singapura, mengatakan bakteri pada masker bisa menyebabkan sejumlah dampak.
“Pada tingkat rendah, sistem kekebalan Anda menjaga mereka tetap terkendali, tetapi pada tingkat yang tinggi, mereka dapat menyebabkan reaksi alergi ringan hingga parah, masalah pernapasan, dan bahkan infeksi hidung,” kata Chen.
Pada penelitian lain, profesor dari Institut Teknologi Rochester, Thomas H. Gosnell juga menguji seberapa kotor masker kain jika tidak dicuci.
Melansir 13wham.com, percobaan dilakukan pada dua masker, masing-masing selama 3 hari.
Satu tidak dicuci dan yang lainnya dicuci sekali sehari di mesin cuci.
Hasilnya, masker yang tidak dicuci memiliki lebih banyak bakteri, meski bukan jenis bakteri yang bahaya.
Adapun Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), merekomendasikan untuk mencuci masker setiap hari atau setiap kali kotor.
Artikel asli : kompas.com