Apa Itu Bell’s Palsy, Efek Samping Serius Sinovac yang Dilaporkan Singapura

  • Share

Otoritas Singapura melaporkan kejadian efek samping penerima vaksin Sinovac. Salah satu reaksi serius yang dilaporkan adalah Bell’s Palsy.

“Secara keseluruhan, efek samping yang serius akibat vaksin Sinovac ini akan terus diamati usai divaksinasi,” tulis Otoritas Ilmu Kesehatan (HSA), dikutip dari Channel News Asia.

Bell’s Palsy adalah kondisi kelumpuhan mendadak yang terjadi pada otot-otot wajah. Pada kebanyakan kasus, kondisi ini hanya bersifat sementara dan bisa membaik secara signifikan dalam waktu berminggu-minggu.

Efek samping ini memang beberapa kali dilaporkan pada studi terkait reaksi berat vaksin COVID-19. Bell’s palsy adalah efek samping yang jarang terjadi dan bisa pulih. Secara umum, lebih dari 90 persen kasus Bell’s palsy, tidak spesifik untuk vaksin SARS-CoV-2, dapat diselesaikan dalam waktu 9 bulan setelah pengobatan kortikosteroid.

Penelitian yang dilakukan para ahli di Hong Kong juga menemukan adanya risiko Bell’s Palsy pada penerima vaksin Sinovac, namun jarang terjadi. Mereka menegaskan manfaat vaksin COVID-19 juga masih jauh lebih besar daripada efek sampingnya.

“Studi kami menunjukkan peningkatan kecil risiko Bell’s palsy terkait dengan vaksinasi CoronaVac. Namun demikian, Bell’s palsy tetap merupakan kejadian buruk yang jarang terjadi, sebagian besar bersifat sementara,” kata peneliti Chi Kei Wong, PhD, dari Universitas Hong Kong dikutip dari laman The Lancet.

Gejala Bells’ Palsy

Dikutip dari Mayo Clinic, berikut adalah tanda-tanda Bells’ Palsy

  • Kelemahan ringan hingga kelumpuhan total di satu sisi wajah
  • Wajah terkulai dan kesulitan membuat ekspresi wajah, seperti menutup mata atau tersenyum
  • Nyeri di sekitar rahang atau di dalam atau di belakang telinga
  • Produksi air liur meningkat.

Artikel asli : detik.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *