Demi HP Android untuk Belajar Online, 2 Adik Beradik Siswi SD Pontianak Minta Sedekah Keliling Kota

  • Share

Samuel, warga Kota Pontianak, Kalimantan Barat ( Kalbar ) mengisahkan tekad dua siswi SD status kakak-adik, untuk mendapatkan ponsel pintar demi kelancaran proses belajar online.

Kedua siswi ini merasa belum cukup uang untuk beli HP Android, sehingga mereka memohon bantuan dari orang lain.

Samuel pun menceritakan kisah keduanya berikut ini:

Pinjam ponsel teman atau tetangga untuk belajar online.

Setidaknya itulah pengakuan yang dikatakan oleh adik manis Amira (11) siswa kelas 5b SDN 04 Jeruju bersama adiknya Nabila (8) siswa kelas 2c SDN 71 Jeruju di warung kopi (Warkop) Star Setia Budi Pontianak, Rabu (12/8/2020) siang WIB. 

Siang itu, mereka adik-beradik melakukan rutinitas harian mereka mencari uang dengan meminta sedekah dari sejumlah orang yang mereka jumpai di Warung Kopi sekitar Gajah Mada Kota Pontianak, Kalbar. 

Hal itu mereka lakukan hampir setiap hari, sejak beberapa pekan terakhir.

Berangkat dari Jeruju, Pontianak Barat, menggunakan Oplet dan turun di dekat-dekat kafe di sekitar Gajah Mada, Pontianak Selatan. 

Amira dan Nabila, tinggal bersama neneknya yang berjualan gorengan.

Kedua orangtuanya merantau untuk mengais rezeki di luar kota.

Amira mengaku sesekali mereka dikirimkan uang oleh kedua orangtuanya. 

Dalam bincang-bincang siang itu, Amira mengatakan bahwa untuk sekolah online, mereka mesti minjam HP tetangga yang mana kebetulan tetangganya juga sekolah di tempat yang sama. 

“Sekolah online sekarang, biasenye kamek si minjam HP tetangga. Cuma sekarang banyak tugas,” kata Amira dengan logat Melayunya.

Mereka juga mengaku, hasil uang yang mereka dapatkan sudah ditabung dicelengan untuk beli HP Android yang harapannya bisa digunakan untuk belajar. 

Amira mengaku bahwa banyak orang baik yang memberikan uang ke mereka.

“Kalau abang-abang kafe biasanya Rp 2 ribu ada sampai Rp 20 ribu,” kata Amira.

Ia mengungkapkan ada orang yang baik hati yakni pemilik satu di antara konter HP, yang selalu memberi mereka uang Rp 50 ribu.

Amira juga mengatakan, sejak kelas 1 SD hingga kelas 5 SD, ia sering mendapatkan rangking. 

“Kelas 1 juara 3, kelas 2 juara 1, kelas 3 juara 5, kelas 4 juara 2 dan kelas 5 juara 8,” kata Amira.

Kecerdasan Amira tampak saat ia membaca buku yang ada di meja siang itu.

Untuk seumurannya ia membaca sangat lancar.

Hal itu cukup mewakili kejujurannya saat diskusi siang sembari minum es milo. 

Amira juga mengatakan hasil uang selama ini sudah ia tabung sebanyak Rp 2 jutaan di celengannya.

“Itu pun masih mengumpulkan lagi untuk beli HP Andriod untuk belajar di rumah,” ungkapnya. 

tribunnews
BINCANG – Amira (11) siswa kelas 5b SDN 04 Jeruju bersama adiknya Nabila (8) siswa kelas 2c SDN 71 Jeruju saat berbincang bersama warga Pontianak Samuel di Warkop Star Setia Budi Pontianak, Rabu (12/8/2020) siang. (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA)

Bosan Belajar di Rumah

Kisah lainnya terkait proses belajar mengajar metode daring datang dari Kabupaten Sintang, Kalbar.

Sudah tiga bulan terakhir ini, Aura Mutia Sandy, siswi kelas X di MAN 1 Sintang tidak merasakan belajar di sekolah sejak pandemi virus corona masuk ke Kabupaten Sintang.

Pemerintah memutuskan meniadakan belajar di sekolah dan menggantinya dengan belajar dari rumah untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Pemerintah tercatat lebih dari sekali memperpanjang masa belajar dari rumah dan belum diketahui pasti kapan aktivitas belajar mengajar di sekolah dibuka kembali.

“Rasanya beda belajar dari rumah. Jadi kurang produktif seperti belajar di sekolah,” kata Aura kepada Tribun Pontianak, Kamis (28/5/2020).

Selama belajar dari rumah, Aura hanya menerima tugas dan materi pembelajaran via WhatsApp.

Ketika ada tugas, ia langsung kerjakan, kemudian mengirimnya kepada gurunya.

Proses pembelajaran itu lah yang selama tiga bulan terakhir dijalani Aura dan juga para pelajar lain utamanya yang ada akses internet.

Sebab, tidak semua daerah di Kabuaten Sintang ada signal.

Guru lebih banyak aktif keliling dari rumah ke rumah mengantar tugas belajar bagi daerah yang belum ada signal.

Aura merasa, proses belajar dari rumah tidak efektif.

Apalagi, tidak semua guru memberikan penjelasan dari materi yang disampaikan.

“Rasanya kurang produktif belajar dari rumah. Saya juga kurang memahami materi yang disampaikan,” keluhnya.

“Setelah kirim tugas yang diberikan guru, ndak semuanya dijelaskan,” kata Aura.

Aura mengaku sangat ingin kembali belajar di sekolah meski di tengah pandemi corona.

Dia merasa tidak takut dengan ancaman virus tersebut.

Sebab, orangtuanya sudah membekali banyak hal tentang virus corona dan bagaimana cara pencegahannya.

“Harapannya bisa belajar di sekolah lagi. Dengan corona ndak takut. Yang penting waspada,” ucapnya.

“Kan udah tahu gimana mencegah, sudah dikasih tahu orangtua juga,” imbuh Aura.

Rindu Belajar di Sekolah

Yustandi, ayah Aura turut merasakan apa yang dialami anaknya selama belajar dari rumah.

Aura kata dia, sangat merindukan kembali belajar di sekolah.

“Dia sangat rindu kembali belajar di sekolah. Dia mulai dari rasa bosan di rumah hingga sulit memahami cara belajar via online, dibanding tatap muka di kelas,” katanya.

Di laman Facebooknya, Yustandi menulis pesan yang ditujukan untuk Mendikbud, Gubernur Kalbar dan Bupati Sintang supaya membuka kembali ruang kelas untuk belajar.

“Jika tak ingin meninggalkan generasi yang lemah di belakang mu , berharap kepala daerah mengeluarkan kebijakan berbeda berdasarkan kondisi wilayah terkait aktivitas belajar mengajar di sekolah,” tulisnya.

“Indonesia itu luas, Kalbar itu luas, Sintang itu luas. Kondisi infrastruktur yang jauh berbeda antara pusat dan daerah,” tulis Yustandi lagi.

Yustandi berpendapat, kebijakan sekolah dari rumah tidak bisa disama ratakan.

Belajar dari rumah melalui online sebagai upaya memutus mata rantai penularan sangat tepat untuk daerah perkotaan, terutama wilayah wabah corona tidak terkendali dan masif.

“Tapi bagaimana dengan wilayah terpencil perdesaan, perbatasan dan kepulauan dan tidak ada kasus corona? Jangankan akses internet, listrik saja yang menjadi kebutuhan pokok tidak ada,” ungkapnya.

“Jika dikaitkan dengan wabah corona meliburkan sekolah sebaiknya bukalah data. Apakah ada corona? Mungkin saja ada mungkin saja tidak. Yang terpenting dalam kondisi saat ini dimanapun kita berada adalah menjalankan protokol kesehatan dalam mencegah terjangkitnya Corona virus,” lanjutnya.

Akibat kebijakan belajar dari rumah, para orang tua murid di wilayah pedesaan, kepulauan dan terpencil pasti saat ini mereka merasakan kegundahan.

“Nurani seorang guru pasti rindu dengan murid, rindu mengajarkan ilmu. Resahnya orang tua pasti takut anaknya gagal dalam dalam muntut ilmu,” jelasnya.

Yustandi mendukung upaya Bupati Sintang, Jarot Winarno soal permohonan agar sekolah yang berada di zona hijau dibuka kembali.

“Sangat setuju sekali. Dan perlu kita dorong Pak Gubernur agar menyetujui permohonan pak bupati, demi anak-anak kita,” ucapnya.

“Saya bukan asal setuju, tapi melalui data kejadian Covid-19, pengamatan, dan memahami kondisi wilayah Sintang daerah perbatasan dan terpencil,” katanya.

Harapan Yustandi sejalan dengan keinginan Bupati Sintang, Jarot Winarno.

Bahkan, Jarot mengaku sempat berkoordinasi dengam Gubernur Kalbar, Sutarmidji mengenai efektivitas belajar dari rumah.

Kepada Gubernur, Jarot mengajukan permintaan untuk memperbolehkan siswa kembali belajar di sekolah bagi daerah yang berada di zona aman kasus penyebaran Covid-19.

“Saya sudah berkoordinasi dengan gubernur, minta petunjuk. Belajar dari rumah logikanya musti ditunjang oleh satu adanya jaringan internet, kedua ada TVRI,” tuturnya.

“Saya minta dengan gubernur, bisa ndak zona hijau yang tidak ada internet dan saluran TVRI saya masukan sekolah lagi,” kata Jarot.

Menurut Jarot, tidak semua wilayah di Kabupaten Sintang tersambung jaringan internet dan saluran TVRI yang ditunjuk oleh Kemendikbud sebagai sarana siswa belajar dari rumah.

Jarot mengaku kasihan dengan anak-anak yang berada di pedalaman yang tidak bisa mengikuti proses belajar mengajar dengan segala keterbatasannya.

“Jangan sampai kita over protektif dengan corona, tetapi korbannya telalu besar, termasuk pendidikan anak anak kita yang karena kesulitan belajar,” ujarnya.

“Nanti coronanya berlalu, tapi kita juga masih bodoh, karena ndak sekolah hampir 3 bulan. Kalau di kampung, sekolah bagi anak anak tidak hanya belajar, tapi juga rekreasi dan sosialisasi. Kalau libur, mereka gak ada hiburan,” ungkap Jarot.

Untuk wilayah zona merah penyebaran corona seperti di Kecamatan Sintang, Binjai, Sungai Tebelian dan Sepauk, Jarot sepakat belajar tetap dari rumah jika ada jaringan internet dan saluran TVRI.

“Kata gubernur, soal usulan zona hijau kembali belajar di sekolah, jangan dulu. Harus koordinasi dengan Mendikbud,” ujar Jarot.

Pemerintah saat ini tengah mempersiapkan skenario new normal.

Tidak hanya segi sosio ekonomi, tetapi juga pendidikan.

Beberapa wilayah di Indonesia, sudah mulai mempersiapkan masuk sekolah.

Di Kabupaten Sintang sendiri, Disdikbud masih belum bisa menjelaskan soal kesiapan menghadapi new normal.

Alasannya menunggu keterangan resmi dari Kemendikbud apakah tetap memperpanjang masa belajar dari rumah atau kembali belajar di sekolah.

“Kami belum bisa jelaskan dulu, karena belum ada resmi kami terima dari Kemendikbud,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang, Lindra Azmar.

Permohonan Maaf Gubernur Sutarmidji

Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji menyampaikan ada 6 guru dinyatakan kasus konfirmasi Covid-19 terbaru.

Adanya kasus guru positif Covid-19, Gubernur Sutarmidji memutuskan untuk menunda pembelajaran tatap muka di sekolah.

Informasi tersebut disampaikannya di akun facebook pribadi milik dirinya yaitu Bang Midji, Senin (10/8/2020) pagi.

“Selamat pagi. Sinar matahari begitu bagusnya saat ini, ayo berjemur sebentar sebelum memulai aktivitas anda,” ajak Midji untuk semua masyarakat Kalbar.

Mengingat ada ada 6 kasus konfirmasi, dirinya memohon maaf untuk menunda dulu sekolah tatap muka sampai dipastikan tak ada guru dan murid yang positif.

“Saya minta daerah terus lakukan swab agar bisa dipetakan kawasan yang perlu waspada,” pungkasnya.

Artikel Asli : tribunnews.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *