Lebih jauh, pemeluk Protestan ini menilai, sejauh ini FPI kerap mendapat diskriminasi. Mulai dari 6 anggotanya dibunuh, pimpinannya dipenjara, dan kini dibubarkan.
“Anggota dibunuh, pemimpin dipenjara, sekarang dibubarkan paksa tanpa pengadilan. Kesewenang-wenangan-ketidakadilan-kezaliman seperti ini hanya akan membuat HRS dan FPI semakin besar dan dicintai masyarakat. Tuhan beserta HRS dan FPI,” katanya.
Iyut merupakan pemeluk protestan. Dia termasuk penentang terhadap gerakan-gerakan Islamophobia di Indonesia. Pada November kemarin, saat Habib Rizieq kembali dari Arab Saudi, Iyut diberi kesempatan bertemu Habib Rizieq di Petamburan Jakarta Barat.
Iyut, dalam akun Twitternya, bercerita bahwa ia awalnya tidak tahu akan diajak ke kediaman Habib Rizieq pada Rabu (11/11/2020) lalu.
Di hadapan Habib Rizieq dan umat Islam saat itu, Iyut mengaku dulunya ia sebagai salah satu pioneer Islamphobia khususnya di jagat Twitter. Namun, belakangan ia paham bahwa Islamphobia adalah tindakan yang tidak benar.
Ia juga beberapa kali menyampaikan di akun Twitternya, tentang keprihatinannya terhadap ‘serangan-serangan’ atau tindakan menyudutkan terhadap umat Islam.
Sementara itu, tidak menunggu waktu lama bagi kader organisasi Front Pembela Islam (FPI) setelah dibubarkan pemerintah, sejumlah pengurus FPI langsung bergerak mendeklarasikan Front Persatuan Islam yang juga disingkat FPI. Deklarasi itu tertuang dalam siaran pers yang tersebar pada Kamis (31/12/2020).
Artikel asli : fajar.co.id