Astaghfirullah, Polwan Diperkosa 3 Perwira, Shift Malam ‘Petaka’ Semalaman, Jadi Kasus Terparah di Kepolisian

  • Share

Sungguh tragis nasib seorang polwan muda dan cantik yang diperkosa 3 perwira sekaligus.

Perilaku para anggota kepolisian ini mencoreng pandangan masyarakat terhadap sosok aparat berwajib.

Polwan diperkosa 3 perwira setelah melakukan shift (tugas) patroli malam.

Bukannya mendapat apresiasi, ia justru menjadi korban pemerkosaan keji.

Kini kasusnya jadi kasus terberat sepanjang sejarah kepolisian di Rusia.

Ilustrasi polisi wanita cantik yang menikahi seorang pria
Ilustrasi polisi wanita cantik yang menikahi seorang pria (Tribun Pekanbaru)

Kasus pemerkosaan yang dialami polwan cantik diperkosa 3 perwira itu menjadi kasus terparah di kepolisian negara Rusia.

Bahkan, kasus ini terpaksa menurunkan penyidik senior untuk menyelesaikan permasalahan di kasus yang ada.

Sungguh perbuatan tak pantas dilakukan oleh tiga orang perwira terhadap seorang polwan muda dan cantik.

Peristiwa pilu polwan tersebut malah terjadi di sebuah Kantor Kementrian di Rusia tempat mereka bertugas.

Semakin menjadi besar setelah diketahui para pelaku merupakan anggota kepolisian di Kantor Kementerian negara tersebut.

Peristiwa mengerikan itu terjadi di Rusia atau tepatnya di Kota Ufa Republik Bashkortostan Rusia.

Polwan muda yang berusia 23 tahun itu dicekoki miras alias minuman keras.

Kemudian pakaiannya dilucuti oleh tiga perwira polisi.

Ketiga pelaku yakni Letkol Eduard Matveev (51) dan Letkol Salavat Galiyev (50).

Kemudian satu tersangka lagi adalah kepala departemen migrasi Mayor Pavel Yarom­chuk (34).

Para pelaku bukan merupakan anggota-anggota kepolisian dengan jabatan biasa.

Mereka merupakan rekan kerja bahkan atasan dari Polwan muda tersebut yang bertugas di distrik UFA.

Hasil investigas menyatakan mereka sudah merencanakannya dan mengincar sang Polwan muda dan cantik tersebut.

ilustrasi pemerkosaan massal
ilustrasi pemerkosaan massal ()

Dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com, berawal dari polwan muda dan cantik itu tengah menjalani kegiatan patroli malamnya.

Ia mendapat giliran shift malam ditemani beberapa rekannya yang lain.

Kejadian berlangsung pada 29 Oktober silam.

Saat itu korban tengah tugas malam.

Namun kemudian dipanggilan atasannya yang ternyata diajak pesta miras.

Para pelaku adalah atasan hingga rekan seprofesi korban yang sebelumnya memang begitu mengenalnya.

Karena tidak enak maka dia kemudian turut minum-minum namun masih bisa kontrol diri.

Rupanya, miras yang disediakan oleh para pelaku mulai diberikan dengan frekuensi berlebih kepada sang polwan.

Minuman itu akhirnya dicekoki miras oleh tiga pelaku hingga kemudian korban pingsan.

Ilustrasi pemerkosaan yang dilakukan seorang suami yang tak dilayani istri
Ilustrasi pemerkosaan yang dilakukan seorang suami yang tak dilayani istri (Tribunnews.com)

Dalam kondisi mabuk dan pingsan, membuat para pelaku dengan mudah melancarkan aksi bejatnya.

Secara bergilir ketiga perwira ini merudapaksa Polwan muda ini hingga tak sadarkan diri.

Serangan seksual mereka lakukan sepanjang malam.

“Para pelaku mengambil keuntungan dari kondisi korban yang tak sadarkan diri dan melakukan serangan seksual,” ujar salah seorang sumber.

Juru Bicara Komite Investigasi Rusia untuk kasus kriminal, dilansir dari situs lokal, uda1.ru menyatakan, Yaromchuk yang mengenal korban.

Ia seperti sudah merencakan semuanya secara rapi.

Lalu ia mengajak kedua perwira lainnya turut bergabung.

Setelah sang Polwan muda itu bergabung, maka mereka minum miras hingga mabuk.

Namun ketiganya tidak sungguh-sungguh mabuk, sementara sang Polwan muda yang dicekoki justru pingsan.

ilustrasi mayat wanita
ilustrasi mayat wanita (Netralnews.com)

Sementara itu, akibat kronologi yang parah dan para pelakunya dari anggota polisi, sorotan pun ramai.

Pihak kepolisian yang menangani kasus satu ini sampai menilai kasus satu ini sebagai kasus terparah sepanjang sejarah kepolisian Rusia.

“Tersangka kini sudah ditahan dan ini merupakan kasus terbesar,”

“Dan kami akan menentukan dan menjatuhkan hukuman atas kejahatan mereka,” ujar Juru Bicara Investigasi Rusia.

Diperkirakan ketiga pelaku akan dihukum berat, bahkan hingga tiga tahun lebih.

Ditambah ketiganya berprofesi sebagai polisi yang seharusnya menjadi panutan baik bagi masyarakat.

Juru Bicara Kepolisian Nasional di negara tersebut, yakni Kolonel Irina Volk menyatakan, pihaknya sudah mengirim penyidik senior.

Mereka lah yang akan bertindak melakukan pemeriksaan kepada tiga pelaku dan juga korban.

Sementara itu korban pasca kejadian ini tampak trauma dan khawatir, jika kejadian serupa akan menimpa dirinya.

Sepanjang sejarah telah ditentukanlah bahwa kasus ini merupakan kasus terberat yang pernah ada.

Di Indonesia sendiri juga belakangan viral kasus pembunuhan keji dua orang gadis belia yang dilakukan oleh oknum polisi.

Awalnya seperti dikutip TribunJatim.com dari TribunMedan.com, kedua gadis korban pembunuhan berantai oknum polisi ini jasadnya ditemukan di pinggir jalan.

Penemu jasad melihat ada wanita yang tergeletak dengan posisi tak bernyawa.

Dua orang jasad wanita itu ditemukan di lokasi yang berbeda.

ILUSTRASI Pembunuhan. Kasus di warung bakso baru-baru ini terjadi.
ILUSTRASI Pembunuhan. Kasus di warung bakso baru-baru ini terjadi. (Kompas.com)

Keduanya diketahui adalah teman dekat dan bepergian bersama sebelumnya.

Jenazah Rizka Fitria pertama kali ditemukan supir truk pada Senin (22/2/2021) sekira pukul 01.30 WIB di Jalinsum Kecamatan Perbaungan, Serdangbedagai dengan mengenakan kemeja hitam.

Sementara Jenazah Aprilia Cinta ditemukan di Kelurahan Pulo Brayan Kota, Medan Barat, Senin (22/2/2021) pagi dengan pakaian loreng-loreng cokelat.

Tidak butuh waktu lama, kepolisian pun berhasil menangkap pelakunya.

Sungguh tak ada yang menyangka ternyata Aipda Roni Syahputra sosok yang diketahui dalang dari aksi keji tersebut.

Oknum polisi pembunuh berantai ini pun ditangkap dan menjelaskan motifnya.

Ternyata, sia-sia kejelasan motif pembunuhan yang ia lakukan kepada Aprilia dan Riska.

Kedua korban yang masih belia tersebut dibuang di dua tempat yang berbeda yaitu di Serdangbedagai dan Kota Medan.

“Kemudian pelaku membuang mayatnya di dua tempat. Si PHL (Riska Fitria) dibuangnya di sekitar Kabupaten Serdangbedagai, sementara temannya di sekitar Kelurahan Pulo Brayan,” kata MP Nainggolan.

Ia menambahkan, ada hubungan antara pelaku dengan korban Riska Fitria yang bekerja sebagai Pekerja Harian Lepas di Polres Belawan.

“Sakit hati, hanya sakit hati karena si korban itu pegawai harian lepas di Polres Belawan bukan hubungan cinta, mungkin adalah masalahnya,” katanya.

Ia membeberkan saat diperiksa pelaku menyebutkan motif membunuh karena sakit hati.

“Waktu ditanya polisi dia jawab karena sakit hati, kan dia yang tahu,” jelasnya.

Ilustrasi pembunuhan
Ilustrasi pembunuhan (Via Kompas.com)

Kini, pihak keluarga yang paling merasakan sakit hati atas perlakuan oknum polisi itu.

Ayah dan ibu masing-masing gadis belia tersebut mengungkapkan rasa sakit dan pilunya mengetahui fakta nyawa anak telah tiada.

Ada kisah berbeda dari dua gadis belia dibunuh oknum polisi pembunuh berantai itu.

Misalnya saja Riska Fitria (21) dimana sang ibu menegaskan bahwa nyawa harus dibalas nyawa, dendam kepada Aipda Roni Syahputra.

Ani Kusmirawan (44), ibu korban Riska tak menyangka anaknya tewas di tangan seorang oknum polisi

“Ya Allah, terkabul doa kita,” ujar ibu korban saat ditemui Tribun-Medan.com di kediamannya.

Ani mengaku mendapat info dari berita online soal sosok pelaku yang ternyata seorang oknum polisi.

“Kami tidak menyangka, pelakunya itu oknum polisi. Saya sudah bisa makan, sudah tenang anak saya di sana,” ujar Ani yang menangis tersedu-sedu.

Ani kini hanya ingin pelaku diberikan vonis hukuman mati.

“Kalau mau saya ya, nyawa balas nyawa, hukum seberat-beratnya. Sekali dua nyawa hilang dibuatnya,” harap Ani.

Pelaku diketahui melakukan pembunuhan karena didorong motif sakit hati.

Pembunuhan oleh Aipda Roni
Pembunuhan oleh Aipda Roni (Tribun-Medan.com)

Ayah korban RF, Alan Sutopo (50) sempat mengira putrinya bakal aman karena bekerja di institusi Polri.

RF semasa hidupnya bekerja di Polres Pelabuhan Belawan.

Tempat kerja RF diketahui juga menjadi tempat pelaku berdinas.

Korban bekerja sebagai pegawai harian lepas atau honorer di Polres Pelabuhan Belawan.

Awalnya ia kerja praktik di sana (Polres Pelabuhan Belawan). Namun, setelah tamat, ia diminta bantu-bantu di Polres sebagai tenaga honor,” ujar Alan, Kamis (25/2/2021).

Alan bercerita, anaknya sempat berhenti bekerja di Polres Pelabuhan Belawan namun kembali dipanggil oleh pihak Polres.

“Sempat berhenti. Namun lima bulan terakhir ia kerja di sana lagi. Kami sudah percaya karena anak kami bekerja di polres Belawan. Karena kami anggap lingkungan aman,” ungkapnya.

Ia tak mengira anaknya yang ditemukan dalam kondisi tewas ternyata dibunuh oleh seorang oknum polisi.

“Apa salah anak kami. Anak kami ini baik orangnya. Ia tidak pernah berbuat masalah,” sebutnya.

Di sisi lain, Ani Kusmirawan (44) selaku ibu korban RF ingin pelaku dijatuhi vonis hukuman mati.

Ani mengaku mendapat info dari berita online soal sosok pelaku yang ternyata seorang oknum polisi.

“Kami tidak menyangka, pelakunya itu oknum polisi. Saya sudah bisa makan, sudah tenang anak saya di sana,” ujar Ani yang menangis tersedu-sedu.

Ani kini hanya ingin pelaku diberikan vonis hukuman mati.

“Kalau mau saya ya, nyawa balas nyawa, hukum seberat-beratnya. Sekali dua nyawa hilang dibuatnya,” harap Ani.

Artikel asli : tribunnews.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *