Pandemi COVID-19 telah memakan banyak korban meninggal dunia.
Namun, kebijakan yang diterapkan dalam menghadapinya, termasuk yang dibuat oleh pihak rumah sakit, juga menelan tak sedikit korban, yakni mereka yang sakit non-COVID-19.
Baru-baru ini seorang perempuan bernama Ria Asripah menceritakan kejadian memilukan yang dialaminya.
Ayahnya, yang sudah dalam keadaan sekarat dan tak sadarkan diri, ditolak oleh tiga rumah sakit milik pemerintah di Balikpapan.
Melalui akun media sosialnya, Ria mengatakan bahwa ayahnya ditolak rumah sakit dengan alasan bahwa rumah sakit hanya menerima pasien COVID-19.
Ketika itu, Ria datang bersama adiknya ke rumah sakit untuk mengantarkan ayahnya supaya mendapatkan perawatan.
Namun, alih-alih dilayani, ayahnya, yang bernama Asparuddin Djapar, justru ditolak berobat.
“Gak boleh sakit yah… Teruntuk Saya, Kamu dan Kalian, GAK BOLEH SAKIT YAH. Saat ini rumah sakit di Balikpapan tidak menerima pasien gawat darurat kecuali km sakit parah karna Covid,” katanya mengawali curhatannya.
“Apalagi pasien yg membutuhkan penanganan khusus seperti di ICU. Harus banyak bersabar, pasrah dan doa. Kenapa sy bilang seperti ini? Karna kemaren, sy dan adik bawa Bpk yang sedang kondisi tidak sadar didalam ambulance. DI TOLAK 3 Rumah Sakit,” lanjutnya.
Karena tak kunjung mendapat perawatan, ayah Ria semakin parah kondisinya. Bahkan keesokan subuhnya, ayahnya buang air besar disertai darah.
“Subuhnya bapak BAB darah,” katanya.
Pada awalnya, kisah Ria, dia membawa ayahnya ke RS Tentara Balikpapan atau RS Dr R Hardjanto, tempat biasa ayahnya dirawat, namun ditolak dengan asalan kamar ICU penuh dan banyak pasien COVID-19.
Setelah itu, dia dan adiknya bergegas ke RSUD Gunung Malang. Kembali, mereka ditolak dengan alasan yang sama.
Kemudian, mereka menuju RS Pertamina Balikpapan, dan lagi-lagi, mereka ditolak dengan alasan yang sama.
“Awalnya Bpk sy bawa ke RST, tempat biasa Bpk itangani karna 4 dokternya (dokter penyakit dalam, dokter syaraf, dokter bedah dan dokter anastesi/ICU) ada di RS tsb. DI TOLAK dengan alasan kamar ICU penuh dan banyak pasien Covid. Kemudian kami bawa lagi ke RSUD Gn. Malang. Hasilnya sama. DI TOLAK. Dengan alasan yg sama juga. Kamar ICU penuh dan banyak pasien Covid. Sy udah lemes rasanya. Ini bapak sy kayak apa? Akhirnya sy bawa ke RSPB. Sy tambah lemes. Perlakuan yg sama dengan alasan yg sama juga. DI TOLAK dan banyak pasien Covid,” tulis Ria.
Akhirnya, setelah ditolak tiga rumah sakit plat merah itu, Ria dan adiknya pun membawa pulang ayahnya, merawat ayahnya sebisa mereka.
“Saya bahkan sampai mengemis-ngemis minta supaya Bapak ditangani, tapi gak bisa. Adek pun ngomong ke sy, ‘Udah ka, bawa pulang az Bapak, kasian Bapak dibawa kesana kemari’. Sy putuskan, Bapak kami bawa pulang dan dirawat seadanya dirumah oleh kami dan 1 orang perawat yg kami panggil kerumah,” tutup Ria.
Meninggal Dunia
Dua hari kemudian, 13 Agustus 2020, ayah Ria akhirnya menghembuskan napas terakhir, pada pukul 23.00 WIB.
“Innalillahi Wa Innailaihi Roji’un. See you in JANNAH my Love. Lega sudah yh, Pak.
Gak sakit lagi. Tunggu kami disana yh Pak. Pasti bapak bahagia sudah, bisa ketemu dengan belahan jiwa Bapak, ketemu wanita yang paling Bapak cintai, amahku. Bapak,,,Adalah laki² paling sabar. Laki² yang mencintai Istri dan Anak-Anaknya tanpa batas. Laki² paling setia yang tak pernah menduakan Mamah. Bahkan tetap setia walau ajal telah memisahkan. doa Ria, semoga kita bisa berkumpul bersama yh Pak. I Love you to the moon and back. Asparuddin Djapar bin Andi Sayyid Zakaria Assegaf Al Fatiha. 13 Agustus 2020. 11:00pm,” tulis Ria di akun Instagram-nya, @ria_1984.
Sumber: indozone.id