Cerita tentang Menteri yang Menangis, Mengiba, Minta Masuk dalam Kabinet Jokowi

  • Share

SABTU sore, 27 Maret 2021, saya menemui Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo (Bamsoet) di Jalan Proklamasi Nomor 80 Jakarta Pusat. Rentetan buku-buku tebal di rak buku menjadi bagian design interior ruang tempat kami bertemu.

“Saya mau menulis tentang Mas Bamsoet, yang saya baca di buku-buku Anda,” kata saya padanya saat itu.

“Silakan,” jawab Bamsoet.

“Termasuk buku Republik Komedi 1/2 Presiden terbitan tahun 2015?” tanya saya lagi.

“Tidak ada masalah,” jawab Ketua DPR 208-2019 ini.

Dalam percakapan selama dua jam dengannya, kami antara lain juga membahas pemerintahan Presiden Joko Widodo. Dalam bahasan kami, Bamsoet antara lain mengatakan, “Pak Jokowi pernah mengatakan kritik saya kepada beliau itu pedas, tapi beliau juga bilang hal itu tidak mengapa dan justru baik.”

Kata-kata Jokowi itu juga telah saya baca dalam buku tentang Bamsoet terbitan Gramedia September 2018, tidak lama setelah menjadi ketua DPR. Judulnya Bambang Soesatyo – dari Wartawan ke Senayan. Saya juga ikut menyumbang tulisan untuk buku itu.

Sejumlah tokoh memberi komentar di belakang buku itu. Ada Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden 2014-2019 Jusuf Kalla, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Polisi (Purn) Budi Gunawan (BG), Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Kepala Kepolisian Negara RI (2016 – 2019) Jenderal Polisi Tito Karnavian.

Jokowi antara lain mengatakan, “Kesan pertama saya tentang Bamsoet, kalau mengritik pedas sekali.”

“Tapi saya tahu Bamsoet konsisten dan apa adanya. Perjalanan keras dan berliku sebagai wartawan dan jiwa kewirausahaan yang kuat sebagai pengusaha mematangkan nurani dan pikirannya dalam berpolitik,” lanjut Jokowi dalam komentarnya tentang Bamsoet.

Sementara itu Jusuf Kalla mengatakan, “Bamsoet memerankan dengan baik tugas beratnya sebagai Ketua DPR-RI.”

“Dia netral dan jadi penyejuk suhu parlemen. Berbekal potensinya sebagai wartawan tangguh, dia selalu penuh respek, cerdas dan cekatan dalam berkomunikasi,” lanjut JK.

Budi Gunawan berkomentar, sebagai wartawan dan Ketua DPR kini, Bamsoet konsisten mengungkap berbagai fakta dan pemikiran konstruktif.

“Piawai, dia mampu menyatukan 560 politisi dari 10 Parpol di parlemen. DPR- RI pun kini lebih terbuka dan kondusif,” ujar BG lagi.

Hadi Tjahjanto juga mengemukakan jiwa wartawan Bamsoet membuatnya lain dengan politisi lainnya. Sedangkan Tito menyebut Bamsoet sebagai sosok yang bisa diterima semua kalangan.

Mungkin Bamsoet adalah ketua DPR atau Ketua MPR saat ini yang banyak menulis buku dan sosoknya banyak ditulis oleh para penulis.

Sejak 1990 hingga kini paling sedikit Bamsoet sudah menulis sekitar 18 buku. Setahu saya buku terakhirnya terbit tahun lalu (2020) berjudul Tetap Waras, Jangan Ngeres – Politik Bernegara di Masa Pandmei.

Poros maritim dan swasembada beras

Dua buku Bamsoet yang banyak mengkritisi pemerintahan Jokowi adalah Ngeri-ngeri Sedap (2017) dan Republik Komedi 1/2 Presiden (2015).

Dalam pengantar buku Ngeri-ngeri Sedap, Ketua Umum PP Muhammadiyah 1998-2005 Ahmad Syafii Maarif antara lain mengatakan, “Tidak banyak politisi dan pengusaha yang mahir menulis untuk memasarkan gagasan-gagasan dan pendapatnya bagi kepentingan publik secara luas……Bung Bambang Soesatyo adalah salah seorang di antara yang sedikit itu.”

Di bawah subjudul Penguatan Peran Oposisi dalam buku Ngeri-Ngeri Sedap, Bamsoet menyangsikan program Indonesia sebagai Poros Maritim.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *