Cerita tentang Menteri yang Menangis, Mengiba, Minta Masuk dalam Kabinet Jokowi

  • Share

Rencana proyek besar ini, Indonesia Poros Maritim, oleh Bamsoet dianalogkan dengan janji mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika terpilih menjadi presiden tahun 2004. Ketika itu SBY berjanji revitalisasi sektor pertanian sebagai prioritas utama pemerintahannya di bidang ekonomi.

“Ternyata hanya janji. Hingga akhir masa jabatannya kinerja sektor pertanian dan tanaman pangan terbilang sangat buruk. ….Sehingga hampir 50 persen dari aneka komoditi kebutuhan pokok rakyat harus diimpor,” ujar Bambang empat tahun lalu (Halaman 62).

Pernyataan Bamsoet empat tahun lalu itu mungkin juga bisa disampaikan saat ini sebagai Ketua MPR, untuk mengingatkan pemerintahan sat ini. Ingat janji swasembada beras, pangan. Jangan terlalu mudah impor beras, garam, daging sapi, buah-buahan, bawang, dan seterusnya. Ini sebagai catatan kecil saya ya, bukan pernyataan Bamsoet.

Soal seruan agar distop impor beras, garam dan bahan pokok lainnya yang diagendakan pemerintah saat ini sudah disampaikan dengan lantang oleh Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. Seruan ini mendapat dukungan luas, semoga berhasil penuh.

Dalam tulisan di semua bukunya, Bamsoet menggunakan kosa kata yang menyentil dan pedas seperti dikatakan oleh Jokowi. Menurut BG, Bamsoet konsisten mengungkap berbagai fakta.

Tangis, modal jadi menteri

Coba kita lihat sentilan dan kepedasan serta pengungkapan fakta-fakta yang ditulis dalam buku-bukunya. Kita ambil saja dulu salah satu bukunya, Republik Komedi 1/2 Presiden.

Coba saya pilihkan yang ada di halaman 151 sampai 161 dalam buku cetakan tahun 2015. Bagian ini Bamsoet mengungkap di balik tirai kenapa Jokowi menunda mengumumkan daftar anggota Kabinet pada Oktober 2014, tidak sesuai dengan jadwal yang diumumkan sebelumnya.

Pada Bab IV di bawah subjudul, Digosok, Diotak-atik, Kabinet Tetap Tambun, Bamsoet antara lain membuat kalimat seperti ini, ”Sebenarnya apa sih yang terjadi di balik pembatalan (pengumuman kabinet), berkali-kali itu?”

Seorang sumber di kalangan istana mengatakan, begitu tulis Bamsoet waktu itu, pembatalan itu berkaitan dengan kedatangan tiga pimpinan KPK hari itu.

Pada Rabu, 22 Oktober 2014, sekitar pukul 17.00 sore, Ketua KPK Abraham Samad dan dua Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto dan Zulkarnaen, datang ke istana.

“Pers menyebut-nyebut pertemuan itu membahas soal delapan nama calon menteri yang diberi tanda merah dan kuning oleh KPK, yang diduga terkait tindak korupsi,” tulis Bamsoet.

Di sini Bamsoet mengulas tentang pembatalan pengumuman susunan kabinet sesuai jadwal yang diumumkan sebelumnya. Tentu, hanya dia, bukan yang lain, yang mampu membuat Jokowi membatalkan pengumuman itu, tulis Bamsoet tujuh tahun lalu.

Dalam ulasannya, Bamsoet menganalisa ada kemungkinan mantan menteri kabinet 2001-2004 tersebut tidak masuk dalam daftar Kabinet Kerja.

Konon, setelah itu mantan menteri ini sampai menangis minta agar dirinya diupayakan masuk kabinet. Mantan menteri itu disebut-sebuh mengiba dan menyebut perannya selama ini, baik sebelum Pilpres, pada saat Pilpres maupun peran lainnya.

Akhirnya mantan menteri dalam kabinet awal tahun 2000-an itu kembali lagi jadi menteri tahun 2014-2019.

Masuknya mantan menteri jadi menteri lagi ini, menuai hujatan, termasuk dari Bamsoet. Ini menunjukkan, kata Bamsoet pedas, kabinet yang disebut-sebut mengutamakan Trisakti tampaknya hanya sekedar merek dagang.

Airmata mantan menteri ini nampaknya punya kekuatan tersendiri. Tapi ingat ada pepatah kuno Latin yang mengatakan, lacrima nihil citius arescit, tidak ada yang lebih cepat mengering daripada airmata.

Apakah kini mantan menteri ini menangis dan mengiba lagi supaya masuk kabinet lagi ? Siapa yang berani bertanya padanya? Wartawan dari media yang banyak mendapat iklan berkat jasanya mungkinkah berani tanya padanya?

Relawan pemburu posisi komisaris mungkin berani.

Artikel asli : kompas.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *