MerujukĀ Science.org, vaksin Covid yang sudah diberikan di China memang telah diperbarui untuk memerangi Omicron dan strain lainnya. Berbeda dengan barat yang menggunakan vaksin jenis messenger RNA (mRNA), rata-rata vaksin yang dibuat seperti Sinovac, Sinopharm, dan CanSino, merupakan vaksin virus yang tidak aktif.
Sebuah studi terbaru oleh kelompok HKU memberikan beberapa kepastian tentang efektivitas vaksin virus yang tidak aktif yang digunakan di China, yang belum mengizinkan mRNA. Tim menemukan bahwa dua suntikan mRNA memiliki efektivitas yang lebih tinggi daripada vaksin tidak aktif Sinovac-CoronaVac di antara orang dewasa berusia 60 dan lebih tua meski tiga dosis vaksin menawarkan perlindungan yang sangat baik terhadap penyakit parah dan kematian.
Zeng Yixin, wakil direktur Komisi Kesehatan Nasional, mengatakan pada konferensi pers Maret lalu bahwa di antara mereka yang berusia 80-an, baru 50% lebih yang mendapat dua suntikan. Hanya 19% yang menerima booster.
Di sisi lain, laporan Airfinity -perusahaan analisis kesehatan berbasis di London- mengatakan hampir 19% orang China di atas usia 60 tahun tidak divaksinasi pada pertengahan Maret. Dengan ini, dapat dikatakan tingkat vaksinasi pada orang tua di China rendah.
Menurut Airfinity, jika Omicron menyebar ke seluruh China, itu bisa menyebabkan 1 juta kematian dalam 3 bulan. Merujuk negara lain seperti Australia, Selandia Baru, dan Singapura, negeri-negeri itu bisa keluar dari strategi “nol Covid” setelah angka vaksinasi manula sangat tinggi, masing-masing hanya 1,2%, 0,6%, dan 0,4%.
Artikel asli : cnbcindonesia.com