Dua bulan mencari, Hasran tak kunjung mengetahui keberadaan istrinya.
Belakangan dia baru mengetahui bahwa istrinya telah menikah dengan pria lain.
“Mereka kenalan lewat Facebook,” terang dia.
Sejak itu, anaknya dirawat oleh neneknya saat Hasran bekerja di salah satu tempat penjualan pentol (bakso) di Samarinda Sebrang.
Namun, sebulan terakhir, ibu Hasran juga minggat seusai menggadaikan sertifikat rumah peninggalan almarhum ayahnya ke pihak bank untuk modal usaha.
“Ibu sudah pergi tinggal bersama saudara. Sekarang sisa kami berdua (Hasran dan anaknya) tinggal di rumah itu. Kalau enggak bisa bayar, bisa ditarik bank,” tutur dia.
Jika ramai order masuk, Hasran bisa mengantongi uang sebesar Rp 100.000.
“Karena sering narik malam. Saya juga enggak ambil orderan jauh. Kasihan anak saya. Kalau uang pelan-pelan bisa kita cari, tapi kalau anak sakit lebih susah lagi,” jelas dia.
Hasran juga telah berusaha menghubungi istrinya untuk memberikan kabar bahwa anaknya sakit.
Namun, nomor ponsel miliknya telah diblokir istri.
“Saya juga pernah chat dia (istrinya) lewat Facebook. Dia balas. Setelah itu dia blokir lagi. Saya kabari kalau anaknya sakit, tapi dia bilang saya bohong,” kisah Hasran.
Hasran sudah berusaha meminta istrinya untuk kembali, tetapi tak kunjung berhasil.
Baru pada 2019, mantan istrinya mau menemui Hasran dan anaknya.
“Itu pun kami ketemu di jalan,” kata dia.
Setahun berlalu setelah pertemuan itu, sekitar Juli 2020, Hasran dan anaknya kembali menemui mantan istrinya bersama suaminya saat melintas di jalan.
“Itu terakhir ketemu sampai sekarang,” tutup dia.
Artikel Asli : kompas.com