Saat berkisah tentang ini, nada suaranya serak. Yulizar tak bisa menyembunyikan kesedihan amat mendalam.
Inisiatif dan laporan yang ia berikan sangat bermanfaat untuk mengabarkan duka dari Aceh.
Atas laporan tersebut, di Jakarta langsung dibentuk Crisis Center, langsung dipimpin Wakil Presiden RI saat itu, Jusuf Kalla.
Di hari kedua, muncul di running text bahwa RAPI berhasil menembus komunikasi di Aceh. Seluruh media berkumpul di Crisis Center sebagai referensi.
Adapun alat yang digunakan saat itu berupa radio SSB. Benda penuh sejarah tersebut, saat ini dimuseumkan di Museum Tsunami Aceh.
Bagi pria yang lebih dikenal dengan nama sandi BKO tersebut, segala peralatan RAPI kala itu memuat banyak kisah.
Sebelum tsunami, konflik di Aceh masih berkecamuk. Oleh militer, mereka divakumkan.
“Waktu darurat militer vakum, peralatan diminta turunkan semua. Tiang masih utuh. Jadi tak semua serahkan, yang bagus-bagus saya simpan lah,” bebernya.
Aksi Yurizal sebagai ujung tombak informasi Aceh kala tsunami belum banyak diketahui orang. Namun telah menjadi rujukan akademik, menjadi tesis salah seorang mahasiswa di Universitas Pertahanan, dengan judul: Peranan RAPI Sebagai Instrumen Komunikasi Bencana.
Saat ini, Yulizar menjabab sebagai Ketua III RAPI Aceh.
Selain itu, ia juga ditarik sebagai tenaga kontrak pada Diskominfo Provinsi Aceh.
Pengalaman dan jam terbang yang bersangkutan dinilai layak untuk bertugas di sana. Dia telah bekerja sejak tahun 2010.
Kabid Pengelolaan Komunikasi Publik Diskominfo Aceh, Alfajrian AB menuturkan, bahwa butuh kerja keras untuk memperjuangkan Yulizar.
“Memperjuangkan BKO (Yulizar) masuk, saya masih Kepala Seksi Multimedia dan Informatika Dishub Komintel saat itu. Jadi waktu itu UPTD Telematika baru berdiri, di bawah Diskomintel. Ada seksi komunikasi. Saya berpikir bagaimana tupoksi ini berjalan. Apalagi ada masalah penanganan frekuensi, radio dan lain-lain. Waktu itu minta tolong sama salah satu jurnalis. Ketua RAPI kota,” kenang Alfajrian AB.
Dia mengatakan, saat itu belum ada persetujuan untuk menambah tenaga kontrak. Dia memperjuangkan agar bisa masuk ke Kepala Dinas (Kadis). Singkatnya, akhirnya disetujui.
“Alhamdulillah sejak dia masuk jalan tupoksi itu. Pada saat itu Tagana keluar, BPBA keluar, dan alhamdulillah sampai sekarang eksis,” imbuhnya.
Dia menambahkan, pada 2014 saat pameran di Jakarta, Radio SSB yang digunakan Yulizar saat menginfokan perihal bencana gempa dan tsunami Aceh, ditampilkan. Banyak orang antusias. Benda bersejarah itu, menjadi benda yang paling menyita banyak perhatian.
Artikel asli : jpnn.com