“Selesai kuliah, ku dengar dia di Bandar Seri Begawan. Aku ikut senang. Ketika aku tausiyah di Sibolga, kampungnya. Ku sebut namanya. Dia kontak aku. Dia ceritakan kebahagiaannya. Karena keluarganya bercerita: “Disebut Uas nama kau”,” terangnya.
“Saat aku ke Gontor tahun lalu. Dia datang ke mess. Aku endors program Faro’idhnya,” sambungnya.
Terlihat Berbeda
Di pertemuan terakhirnya itu, Uas merasa ada yang berubah dengan sahabatnya itu. Ia tak seceria dulu dan tubuhnya terlihat nampak kurus. Namun, Uas segan menanyakan tentang apa yang teradi.
“Tapi dia tak seceria dulu. Lebih kurus. Lebih kalem. Aku segan bertanya. Aku akan menjumpainya bulan depan di Gontor. Tapi ada yang lebih cepat dari keinginanku. Susah aku membayangkan wajahnya marah, karena ia ramah dan selalu tersenyum,” kata Uas.
“Kaulah satu-satunya bukit yang bisa berjalan, Jabal Alamsyah Nasution. Tiap kali aku katakan begitu, dia hanya senyum. Senyum itu ku rindukan,” lanjutnya.
Doa Untuk Sahabat
Di akhir pesan yang ditulisnya, Ustaz Abdul Somad menuliskan doa untuk sang sahabat. Ia berharap sahabatnya berada di surga bersama Rasulullah SAW.
“Lama lagi aku akan melihatnya. Di surga bersama Rasulullah,” paparnya.