Silih berganti penguasa kota datang. Masing-masing mendominasi dan memonopoli kota ketika berkuasa, kecuali Islam yang datang mengayomi semua penganut agama, seperti tercermin dalam perjanjian yang dibuat Umar bin Khattab kepada semua penduduk Palestina. Wilayah yang diduduki Israel saat ini belumlah seberapa dibanding saat pasukan Salib menguasai Palestina, dan juga jauh lebih lama berkuasa. Yang selalu terjadi penodaan terhadap simbol-simbol keagamaan di kota suci tersebut.
Sejarah membuktikan, dan telah menjadi sunnatullah di wilayah tersebut, tindakan menodai kota suci tidak pernah dibiarkan terjadi dan akan terkalahkan. Benar apa yang dikatakan Grand Syekh Al Azhar, Prof Dr Ahmad Thayyeb, seperti tertuang dalam watsîqat (dokumen/piagam) Al Azhar tentang Al Quds, 20 November 2011, bahwa upaya aneksasi Yerusalem dan mencederai masjidilaqsha hanya akan mengantarkan Zionis-Israel ke liang kubur. Seperti menggali liang kubur sendiri, karena telah melanggar batas ‘garis merah’ umat Islam.
Dulu, Salahuddin Al Ayyubi pernah mengatakan kepada Raja penguasa Pasukan Salib, Ritchard, “Jangan pernah berpikir kami akan melepaskan Yerusalem (Al Quds) begitu saja selamanya. Tidak mungkin kami akan melepaskan hak-hak kami sebagai umat Islam. Allah tidak akan pernah memperkenankan kamu untuk meletakkan batu walau sebiji di tanah ini, selama jihad masih terus digelorakan.” Sejarah pun membuktikan ucapan Salahuddin Al Ayyubi. Saatnya tiba untuk membela dan mempertahankan kesucian kota tersebut dari tangan para penjajah. Sunnatullah dalam sejarah kemanusiaan, yang benar akan selalu unggul.
وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ [يوسف 21] “Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.” (QS Yusuf 21).
وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ [الشعراء: 227 “Dan orang-orang yang zalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali.” (QS As Syuara 227).
Artikel asli : republika.co.id