Sejak paham ISIS masuk ke Indonesia pada 2015, jumlah perempuan yang nyemplung di pusaran terorisme bertambah. Perannya pun beragam. Mulai dari penyebar ideologi, penyandang dana, perakit bom, hingga pelaku aksi.
Peneliti Hukum dan HAM Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Milda Istiqomah mengatakan, sebelum 2016, perempuan terlibat sebagai pembawa pesan, perekrutan, mobilisasi dan alat propaganda, serta regenerasi ideologi. “Selama kurun waktu 15 tahun mereka lebih di balik layar,” kata Milda pada 2 April 2021.
Artikel asli : tempo.co