Sejumlah warga di kantor desa, nampak menunggu kehadiran Pelipus.
Bukan hanya warga, camat Rantebulahan Timur juga menunggu kehadiran kepala desa.
Kepala Desa Buangin, Pelipus saat disemayamkan di kediamannya dikerumuni kerabatnya (Ist). Namun tak kunjung tiba, pihak camat merasa resah hingga akhirnya menyuruh warga mencari Pelipus.
Beberapa saat kemudian, Pelipus ditemukan tergantung di pohon kopi.
Pelipus pertama kali ditemukan Teopilus sekira pukul 10.00 Wita.
“Pertama kali saya temukan, saya langsung kaget. Tapi saya tidak langsung sentuh. Saya kembali melaporkan ke camat,” ujarnya.
Beberapa fakta sebelum Pelipus ditemukan tewas tergantung
4. Sempat Didemo Mahasiswa
Pada 28 Mei 2020, Kepala Desa Buangin Pelipus mendapat protes dari Aliansi Pemuda Pelajar dan Mahsiswa Buangin (APPMB).
Para mahasiswa menyegel kantor Desa Buangin, Kecamatan Rantebulahan Timur, Kabupaten Mamasa.
Aksi ini sebagai bentuk kekesalan terhadap Kepala Desa dan Ketua BPD yang dikirimi surat untuk melakukan audiensi.
Namun Kepala Desa dan Ketua BPD tidak datang menemui mereka.
Ia dituding tidak transparan mengelola anggaran, dan terdapat sejumlah kegiatan yang tidak selesai dikerjakan pada tahun 2019, serta gaji aparat belum dibayarkan hingga.
Aksi protes ini berujung penyegelan kantor desa. Selang beberapa bulan, kasus ini akhirnya dinyatakan selesai.
Pihak inspektorat daerah merekomendasikan Pelipus untuk pengembalian sejumlah kerugian negara yang diakabitkan.
Namun sumber lain menyebutkan, kasus tersebut sempat dilaporkan di Kejaksaan Negeri Mamasa dan hingga kini belum diproses.
5. Mau Salurkan BLT
Sebelum ditemukan tewas, Pelipus rencananya akan menyalurkan bantuan tunai.
Ia dibonceng keponakannya bernama Alber untuk datang ke kantor desa menyalurkan bantuan.
Namun alasannya hendak buang air, pelipus akhirnya meminta Alber berhenti disalah satu jembatan sekira 1 km dari rumahnya.
Alber tak menyangka permintaan untuk buang air itu akan berujung tewasnya Pelipus. Diduga Membawa Uang Sebanyak Rp 24 Juta
Sebelum ditemukan tewas tergantung, sejumlah sumber menyebut bahwa Pelipus membawa sebuah tas berisi uang Rp 24 juta untuk disalurkan.
Namun sumber lain menyebutkan bahwa Pelipus pergi tanpa membawa sebuah tas.
“Saya tidak lihat tasnya, yang ada itu saya punya tas yang saya taruh di depan,” ujar Alber.
6. Pesan untuk Camat
Beberapa hari yang lalu, Camat Rantebulahan Timur, Elim Tupa’langi mengaku mendapat pesan dari kepala desa.
Kata Camat, sebelum meninggal Pelipus berpesan bahwa setelah persoalan di desanya tuntas, ia berniat membangun Desa Buangin dengan niat tulus.
“Setelah dimediasi dengan mahasiswa dua hari yang lalu, dia sepakat membangun Desa Buangin,” kata Camat.
Fakta lain dibalik meninggalnya Pelipus terkuak sederet pesan terhadap keluarganya melalui secarik kertas bertulis tinta hitam.
Pelipus memiliki dua orang anak, keduanya laki-laki dari istrinya bernama Elsi.
Dalam surat yang ia tulis sebelum meninggal, Pelipus berpesan kepada istrinya untuk menjaga baik-baik kedua anaknya dan disekolahkan .
“Jangan sekali-kali masuk jalur politik karena tidak sesuai dengan ajaran agama kita” ujar dalam suratnya.
Kalau kalian sudah besar nanti, jaga baik-baik ibu kalian, kasihi dan sayangilah,” pinta pelipus kepada buah hatinya.
Sumber: tribunnews.com