Amerika dan Israel. Peristiwa serangan Israel ke Palestina di periode awal Mei lalu membuat dunia mengutuk keras tindakan sepihak pemerintah Israel di bawah Perdana Menteri saat itu Benjamin Netanyahu yang kini diganti Naftali Bennett.
Gencatan senjata pun dilakukan pada 21 Mei silam seiring dengan jatuhnya banyak korban, terutama warga sipil Palestina.
Berdasarkan data Kantor Koordinasi Kemanusiaan PBB (OCHA UN) sejak 2008-Juni 2021, 5.946 orang Palestina telah meninggal dunia akibat konflik tersebut. Jumlah itu mencapai 96% dari total korban jiwa di kedua negara (6.208 orang, dari Israel tercatat hingga 18 Mei korban tewas 262 orang).
Sebanyak 21,8% korban jiwa di Palestina merupakan anak-anak berusia kurang dari 18 tahun. Rinciannya, sebanyak 1.011 anak laki-laki dan 244 anak perempuan.
Dari konflik ini, nama Amerika Serikat pun muncul sebagai salah satu negara paling getol berada di posisi pro Israel.
Pertanyaannya, mengapa AS memberi Israel begitu banyak bantuan?
Dilansir BBC, disebutkan bahwa ada sejumlah alasan mengapa AS memberikan begitu banyak bantuan kepada Israel, termasuk komitmen bersejarah sejak dukungan AS untuk pembentukan negara Yahudi pada tahun 1948.
Selain itu, Israel dipandang oleh AS sebagai sekutu penting di Timur Tengah, dengan tujuan bersama dan komitmen bersama terhadap nilai-nilai demokrasi.
Layanan Penelitian Kongres AS (The US Congressional Research Service) menilai bahwa bantuan luar negeri AS telah menjadi komponen utama dalam memperkuat dan memperkuat ikatan hubungan Amerika-Israel ini.
“Para pejabat AS dan banyak anggota parlemen telah lama menganggap Israel sebagai mitra penting di kawasan itu,” tulis Laporan Penelitian Kongres AS, dikutip BBC, Sabtu ini (26/6).
![]() Foto: Negara-negara yang dibantu AS, dok BBC
Negara-negara yang dibantu AS, dok BBC |
Badan bantuan luar negeri pemerintah AS (US Foreign aid) juga menyatakan, “bantuan AS membantu memastikan bahwa Israel mempertahankan Qualitative Military Edge (QME) atas potensi ancaman regional.”
QME adalah sebuah konsep dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat di mana negeri yang dipimpin Presiden Joe Biden ini berkomitmen menjaga Israel dalam koridor keunggulan militer kualitatif dalam hal teknologi, taktis, dan keuntungan lainnya.
Badan ini juga menyatakan “bantuan AS ditujukan untuk memastikan bahwa Israel cukup aman untuk mengambil langkah-langkah bersejarah yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan damai dengan Palestina dan untuk perdamaian regional yang komprehensif.”
Upaya AS memastikan Israel dapat mempertahankan diri dari ancaman di kawasan itu telah menjadi landasan kebijakan luar negeri AS bagi presiden baik Partai Demokrat maupun Republik dalam beberapa dekade.
Kebijakan Partai Demokrat pada 2020 memang menyatakan “dukungan kuat” bagi Israel, tetapi beberapa pendukung partai ini di lain pihak mulai mempertanyakan komitmen bantuan AS.