Tapi pergerakan Google sangat lambat dan SMS masih tetap populer di AS.
Privasi di WhatsApp
WhatsApp telah lama menggembar-gemborkan penggunaan enkripsi ujung ke ujung, yang berarti hanya pengirim dan penerima pesan yang dapat melihat isinya. Sementara beberapa pesaing lain termasuk iMessage dan Signal juga menawarkan enkripsi ujung ke ujung.
Menurut Riana Pfefferkorn, Peneliti di Stanford Internet Observatory, orang Amerika menyadari bahwa mereka membutuhkan dan berhak mendapatkan privasi dan keamanan untuk komunikasi mereka. Tapi kebanyakan dari mereka tidak tahu bahwa enkripsi ujung ke ujung adalah cara yang tepat untuk digunakan.
Tetapi tantangan terbesar yang dihadapi WhatsApp dalam meyakinkan orang Amerika untuk beralih malah datang dari perusahaan induknya sendiri.
Masalah Kepercayaan
Dalam beberapa tahun terakhir, Facebook menghadapi skandal demi skandal dalam hal melindungi privasi dan keamanan penggunanya.
Serangkaian kebocoran yang diungkap seorang whistleblower Facebook pada akhir tahun lalu mungkin hanya akan semakin menodai kepercayaan pengguna AS pada perusahaan tersebut.
Bahkan enkripsi yang menjadi jaminan akan sulit ‘dijual’ ke warga AS.
“Banyak gangguan privasi perusahaan telah menimbulkan suasana ketidakpercayaan secara umum,” kata Pfefferkorn.
“Orang-orang tidak percaya bahwa Facebook benar-benar menghormati privasi mereka, dan banyak orang bahkan tidak percaya bahwa Facebook [dan] WhatsApp benar-benar tidak dapat membaca pesan WhatsApp mereka.” imbuhnya.
Jika promosi WhatsApp di AS berhasil, peluang untuk perusahaan itu menjadi lebih besar. Perusahaan telah meluncurkan komunikasi bisnis dan pembayaran digital di beberapa pasar terbesarnya. Dan Amerika Serikat dianggap sebagai salah satu pasar paling menguntungkan di dunia dalam hal pendapatan per pengguna layanan online.
Tapi kebiasaan SMS yang mengakar dan kesalahan perusahaan induknya sendiri kemungkinan akan membuat perjuangan WhatsApp menarik pengguna AS menjadi berat.
“Facebook benar-benar merusak kepercayaan publik, jadi jika strategi PR di AS tidak berhasil, Facebook akan menyalahkan diri mereka sendiri,” ungkap Pfefferkorn.
Artikel asli : cnbcindonesia.com