Kesultanan Yogyakarta Tuntut Inggris Kembalikan 50 Ribu Ton Emas Rampasan!

  • Share

Adalah Hamengkubuwono II yang saat itu membangkang kepada sang Tuan Besar Deandels, ditambah lagi pengalaman pahit masa kecilnya saat bagaimana Kesultanan Mataram dibelah jadi dua menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta lewat Perjanjian Giyanti 1755. Daendels kemudian menjegal sang sultan pada 1810 dan menobatkan putranya yang lebih kalem, Pangeran Surojo, sebagai Sultan Hamengkubuwono III.

Keberhasilan Inggris mengalahkan Republik Batavia, secara tidak langsung turut menyulut keinginan HB II untuk kembali berkuasa, namun niatan tersebut pupus manakala usahanya duduk menjadi penguasan Jawa digagalkan oleh Letnan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles (berkuasa 1811-1816). Ditambah lagi pada 17-20 Juni 1811, pasukan penyerang yang berjumlah seribu tentara Inggris asal Sepoy (India), dan tentara Mangkunegaran (dari Kadipaten Mangkunegaran, Surakarta) berhasil menjebol benteng Keraton Yogyakarta dan menjarah kekayaannya. Inilah yang kemudian dinamai sebagai Perang atau Geger Sepehi.

Usai Keraton Yogyakarta ditaklukkan, konon para pemenang perang membutuhkan waktu empat hari dihabiskan untuk memboyong ribuan naskah, keris, alat musik, dan bermacam perhiasan bernilai 120 juta dolar AS.

Imbas perang ini pula turut mengubah tatanan Kesultanan Yogyakarta, HB II diasingkan ke Penang (Malaysia), dan dilanjutkan dengan menandatangani perjanjian yang berisi, pertama perintah pengurangan kekuatan militer, kedua pemangkasan wilayah kekuasaan, dan tiga penggantian hukum Jawa-Islam ke hukum kolonial.

Dilansir dari vice.com, Jum’at (7/8/20), kekalahan besar tersebut turut memicu perang besar lainnya yakni Perang Diponegoro.

Kebijakan-kebijakan tersebut membuat pergolakan besar dalam masyarakat Jawa. Ketidakpuasan dan rasa kekecewaaan inilah yang kemudian menjadi salah satu pemicu Perang Jawa (1825-1830), demikian keterangan di web.

Dalam acara peringatan 30 tahun tahta Sultan HB X Maret tahun lalu, tapi Perang Sepehi menjadi topik simposium internasional, belakangan beberapa nashkah telah dikembalikan kepada Kesultanan Yogyakarta, namun pihak trah kerajaan tetap bersikeras menuntut pengembalian barang asli.

Yang dikembalikan itu hanya berupa hasil digital untuk benda dan manuskripnya. Pengembalian aset-aset manuskrip pernah dilakukan pada masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri dengan 70 manuskrip dan diserahkan ke Keraton Yogya dalam bentuk digital, kata jubir Pengusul Pahlawan Nasional Sri Sultan HB II Abdul Haris, 2 Juli lalu.

Artikel Asli : keepo.me

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *