Pengalaman menjadi penjaga kuburan tidak melulu horor seperti yang terpublikasikan selama ini. Banyak pengalaman berharga yang dapat dipetik dari aktivitas mengurus makam.
GUNAN saya temui ketika sedang berjualan dimsum di teras Superindo, Desa Bojongkulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Berdagang dimsum merupakan kegiatan Gunan selepas menjaga Blok Lingkung (Blok Lingkungan), sebuah tempat pemakaman umum yang terletak di dekat Sungai Cileungsi.
![Penjaga makam bernama Gunan [Suara.com/Siswanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/09/13067-penjaga-makam-bernama-gunan.jpg)
Lokasi pemakaman persis berada di belakang Pasar Desa Bojongkulur. Posisi kober lebih tinggi dibandingkan rumah-rumah warga Villa Nusa Indah yang berdiri mengelilinginya.
Dikisahkan Gunan, orang pertama yang dimakamkan di sana seorang ulama bernama Mbah Kulur. Nama Bojongkulur yang dikenal sekarang diyakini pengaruh dari nama Mbah Kulur ini.
Mbah Kulur dikenal sebagai tokoh kharismatik dan karena itu pula sampai sekarang tidak ada yang berani mengutak-atik tempat pemakaman Blok Lingkung.
Tugas menjaga pusara yang sekarang dijalani Gunan merupakan turun temurun.
Dia mendapatkan amanat dari gurunya yang bernama Kyai Haji Ahmad Dimyati, beberapa waktu sebelum meninggal dunia, untuk menjaga Makam Blok Lingkung. Ahmad Dimyati yang menjadi sesepuh desa itu merupakan generasi awal penjaga tempat peristirahatan terakhir warga Desa Bojongkulur.
Guru Gunan ingin memastikan setelah meninggal dunia, kober tersebut tidak rusak dan tetap memberikan manfaat bagi penduduk desa.
Itu sebabnya, lelaki kelahiran 1965 itu dengan segala dinamika persoalan dalam pengelolaan makam, terutama pada masa transisi pengurusan makam sepeninggal gurunya, tetap berusaha menjalankan tugas sebaik-baiknya.
Pengalaman batin
Pada awal-awal menerima amanat dari guru, Gunan menjadikan kegiatan menjaga tanah tersirat sebagai pekerjaan utama.
Dalam perjalanannya, kondisi ekonomi keluarga membuat Gunan tak punya pilihan lain selain mencari tambahan pemasukan keuangan keluarga, tetapi mengurus makam tetap menjadi prioritas.
Sejak dua tahun lalu, dia mendapat jalan dengan membuka usaha dagang dimsum.
Ada pengalaman batin yang dirasakan Gunan tentang menemukan jalan membuka usaha dimsum.
Dia merasakan perjalanan usahanya mendapatkan kelancaran, bahkan sekarang telah berkembang menjadi beberapa cabang.
Dia meyakini pula apa yang didapatnya sebagai karunia Allah kepada orang dengan pekerjaan menjaga tempat pemakaman umum.
“Saya pikir, barokahlah rezeki kita. Walaupun di situ hasil kita sedikit, tetapi yang lain alhamdulillah istilahnya berkahlah. Itu mungkin karena kita mengurus makam itu.”
![Tempat pemakaman umum Desa Bojongkulur [suara.com/Siswanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/09/83778-tempat-pemakaman-umum-desa-bojongkulur.jpg)
Dia juga menceritakan pengalaman ketika mengalami kecelakaan kerja saat memotong rumput liar yang tumbuh di pemakaman. Secara tak sengaja, pisau mesin pemotong rumput menghantam bata, lalu pisau itu tanpa ampun meluncur ke tulang kaki Gunan sehingga menimbulkan luka yang amat fatal. Tulang kaki Gunan patah sehingga dokter terpaksa menanamkan pen di kaki Gunan supaya kembali berfungsi. Gunan mesti beristirahat cukup lama untuk memulihkan luka.
“Setahun saya nggak bisa ngapa-ngapain, ngemblek aja di rumah. Sampai sekarang (kaki) memang belum normal karena pen belum diambil, walaupun saya kecelakaan seperti itu alhamdulillah saya berkah pak. Jadi, mungkin ada dorongan-dorongan almarhum kali ya di situ,” kata dia.
Berkat yang dirasakan Gunan setelah diuji melalui kecelakaan kerja, begitu banyak anggota masyarakat menunjukkan perhatian kepadanya. Selain doa, mereka memberikan berbagai bantuan. Gunan merasa terharu karena respons masyarakat tak pernah disangka-sangka sebelumnya.
“Alhamdulillah dilancarkan, ada kebarokahannya kita mengurusi makam seluruh orang Bojongkulur.”
Pengalaman lainnya yang diceritakan kepada saya, Gunan merasa pikirannya menjadi jauh lebih tenang semenjak menjadi penjaga makam.
Dulu dia punya cita-cita memiliki anak penghafal Alquran dan sekarang, “Alhamdulillah cita-cita terkabul, anak saya sekarang sudah di Turki mendapatkan beasiswa untuk mendalami Alquran.” Banyak orang, terutama lurah, memberikan dukungan nyata untuk kemajuan anaknya.
Gunan sangat bersyukur dapat menjaga makam penduduk Bojongkulur dan bagi dia pekerjaan ini merupakan amanah yang istimewa.
Dinamika mengurus makam
Sepanjang sejarah, terutama kepengurusan pemakaman setelah guru Gunan wafat, mengalami pasang surut. Gunan menyebutnya: “Gendalanya (barangkali maksudnya kendala) berliku-liku.”
Ketika pemakaman masih diurus guru Gunan, nyaris semua kebutuhan anggaran perawatan tidak melibatkan masyarakat.
Guru Gunan seorang yang cukup berada dan dia, “nggak mau ngebebanin masyarakat” untuk membiayai perawatan makam.
Namun keadaan menjadi tak sama lagi setelah guru Gunan wafat.
“Setelah dia udah meninggal, ya itu telantar. Maksudnya tidak ada yang mau bertanggungjawab pengurusan di situ,” kata Gunan.
Agar makam tetap terjaga dan tak menjadi persoalan, Gunan mengambil inisiatif untuk rembugan dengan perangkat desa dan mereka semua sepakat membentuk pengurus makam.
Kepengurusan yang pertama mendapatkan cobaan yaitu muncul kasus warga pendatang dimakamkan di sana tanpa sepengetahuan ketua pengurus.
Memakamkan warga pendatang di Blok Lingkung menjadi masalah serius karena dalam sejarahnya, tempat pemakaman Blok Lingkung dikhususkan untuk membantu warga yang disebut Gunan sebagai “asli orang Bojongkulur” sesuai amanat sesepuh dan warga yang dulu mewakafkan tanah.
“Makam itu untuk bener-bener murni orang Bojongkulur asli. Tidak boleh untuk pendatang, itu wasiat dari almarhum. Karena apa, almarhum itu mempertimbangkannya namanya asli orang Bojongkulur, boro-boro buat beli pemakaman dan biaya pemakaman, untuk hidup sehari-hari juga repot. Gitu kan. Itu masyarakat (pendatang) belum pada ngerti,” katanya.
![Tempat pemakaman umum Desa Bojongkulur [Suara.com/Siswanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/09/56645-tempat-pemakaman-umum-desa-bojongkulur.jpg)
Setelah pengurus yang pertama kecewa gara-gara muncul kasus “kecolongan” pemakaman pendatang dan dikatakan Gunan kemudian melepaskan kepengurusan, dibentuk lagi kepengurusan berikutnya.
Dalam perkembangannya, masyarakat pendatang dirasakan Gunan semakin mengerti peruntukan makam Blok Lingkung.
“Itu pun kadang-kadang ada juga gendalanya, maksudnya ada masyarakat yang masih belum ngerti juga, kecolongan juga, kadang-kadang nggak lapor dulu sebelum memakamkan. Kan anjuran ketua itu, setiap ketua RT bilamana ada warga yang meninggal harus lapor ke ketua, supaya nanti dicatat KK atau KTP-nya untuk memastikan asli orang Bojongkulur atau bukan.”
Lokasi pemakaman untuk warga pendatang disediakan di kawasan Villa III yang masih berada di Desa Bojongkulur.
Tanggung jawab
Tak sedikit keluarga yang tinggal di Desa Bojongkulur ingin memakamkan anggota keluarga mereka yang meninggal dunia di tanah tersirat Blok Lingkung.
Tetapi sebagaimana peraturan yang berlaku, mereka kudu membuat laporan terlebih dulu kepada pengurus makam dan selanjutnya menjadi salah satu tugas Gunan untuk memastikan apakah riwayat almarhum memenuhi persyaratan atau tidak untuk dimakamkan di kober Blok Lingkung.
Kalau memenuhi syarat seperti yang telah diceritakan di atas, jenazah dapat langsung dimakamkan, sedangkan kalau tak memenuhi syarat, keluarga diarahkan untuk memakamkan jenazah ke tempat pemakaman yang telah disiapkan bagi penduduk pendatang di kawasan Villa III.
Tugas berikutnya, Gunan serta pengurus lainnya memastikan posisi tempat penguburan jenazah. Sebab, pada umumnya, keluarga almarhum menginginkan jenazah dimakamkan berdekatan dengan pesara anggota keluarga sebelumnya, akan tetapi biasanya keputusannya tergantung pada kondisi lapangan, apakah memungkinkan atau tidak.
Setelah semua tahapan selesai, giliran mempersiapkan liang lahat, kemudian penguburan dan pekerjaan tersebut juga menjadi tanggungjawab Gunan dan rekannya. “Untuk menggali lahan kan istilahnya nggak semua orang tahu” Liang lahat yang disiapkan biasanya memiliki kedalaman satu meter dan lebar setengah meter.
Menjaga kebersihan makam, seperti membabat rumput liar atau menyingkirkan sampah, juga menjadi tugas Gunan. Untuk itu, dia mesti memastikan semua peralatan kebersihan selalu dalam keadaan siap.
“Babat tiap hari. Bilamana rumput sudah panjang tutupin kuburan ya kita babat. Jadi kalau saudara-saudaranya mau ziarah (makam) udah terang (bersih) gitu, enak.”
Tantangan
Dalam menjalankan rutinitas sehari-hari, Gunan bekerjasama dengan dua rekan, termasuk ketua pengurus makam.
Mereka tidak memiliki jam kerja formal semacam pegawai kantoran, tetapi mereka harus selalu siap bertugas seperti prajurit jika sewaktu-waktu dibutuhkan masyarakat.
Itu sebabnya, benar pendapat kebanyakan orang, menjadi pelayan tempat pemakaman banyak sekali tantangan sehingga tidak menjadi pilihan favorit di dunia kerja.
Tantangannya, di antaranya ketika ada warga yang harus dimakamkan pada malam hari. “Karena kan keluarga nggak mau (jenazah) ampe (sampai) nemu siang lagi.” Segala persiapan penguburan harus segera diselesaikan.
“Kita mesti siapin semua, lampunya, alat-alat penggalinya, menggali lahannya, semua,” katanya.
Saya tanyakan kepadanya, mengapa menggali liang lahat harus menunggu ada warga yang meninggal terlebih dahulu, kenapa misalnya tidak jauh-jauh hari disiapkan sekian banyak liang lahat sehingga ketika ada permintaan penguburan malam hari petugas tidak perlu terburu-buru membuat liang lahat.
Menurut penjelasan Gunan, penjaga lahan mengikuti tradisi yang selama ini berlaku yaitu baru mempersiapkan liang lahat ketika ada permintaan warga.
Dalam menentukan posisi liang lahat juga menjadi tantangan tersendiri bagi penjaga makam karena umumnya keluarga almarhum menginginkan lokasinya berdekatan dengan pusara anggota keluarga yang meninggal sebelumnya.
Jika setiap kemauan keluarga mengenai letak liang lahat dituruti, mengandung konsekuensi, tata letak makam akan menjadi tidak beraturan. Tugas penjaga makam jika menemukan masalah seperti itu akan berupaya memberikan penjelasan kepada keluarga.