Tanah di kuburan tersebut meninggi hingga 1,5 meter dengan diameter 3-3,5 meter. Kuburan lama tanpa identitas itu ikut serta membawa naik tiga pusara lainnya.
Anuar menyebut tidak ada bekas penimbunan atau jejak kendaraan yang membawa timbunan ke tempat itu. Batu nisan tidak rusak sama sekali, melainkan ikut naik.
Sementara itu, Ahli geologi Ade Edwar mengatakan perlu ada penelitian soal fenomena yang terjadi tersebut. Dia mengatakan penelitian dibutuhkan untuk mengecek apakah tanah kuburan meninggi itu alami atau dibuat-buat demi sensasi.
![]() |
“Perlu dipastikan dulu apakah fenomena ini memang alamiah, karena bisa saja ini dibikin oknum tertentu untuk membuat sensasi,” kata Ade Edward dalam percakapan dengan detikcom, Jumat (26/3).
Meski demikian, Ade menyebut tanah yang tiba-tiba meninggi atau yang dikenal dengan ‘tanah tumbuh’ itu sering terjadi. Terutama, katanya, di sepanjang patahan Sumatera.
“Sepanjang patahan Sumatera, banyak ‘tanah tumbuh’ ini, namanya diapir. Diapir adalah penerobosan (intrusi) batuan karena perbedaan tekanan dan buoyancy. Penerobosan biasanya vertikal melibatkan batuan berdensitas rendah yang relatif mobile menerobos batuan berdensitas lebih tinggi, biasanya melalui rekahan (fracture). Diapir ini bisa di mana saja terjadi,” katanya.
“Di samping fenomenologi diapir, hal lain bisa juga karena adanya patahan, seperti kejadian di pinggir jalan di Lubuk Selasih sebelum Mapolres Solok beberapa waktu lalu, di mana tanah daerah tersebut juga naik terus akibat tekanan dari patahan Sumatera,” tambah dia.
Artikel asli : detik.com