Ia meyakini, nisan tersebut memiliki berat hingga sekian kuintal. Bahkan untuk mengangkutnya, tak bisa asal-asalan dan diangkut oleh segelintir orang saja.
“Lek umpomo diusungi wong sitik yo gak kuat, iki baja murni (Seumpama diangkat orang sedikit ya tidak kuat, ini baja murni),” tuturnya.
Sejarah PT Boma Bisma Indra (BBI)
Dilansir dari laman resmi dan beragam sumber, PT Boma Bisma Indra (BBI) Persero, berdiri jauh sebelum kemerdekaan RI 1945. Sebelum diakuisisi pemerintah RI, perusahaan itu dibentuk, dimiliki, dan dijalankan oleh Bayer. Dalam perjalanannya kala itu ada pula peran serta dari negara Belanda.
Alkisah, sebelum menjadi BBI, tahun 1865 perusahaan itu bernama De Bromo NV. Lalu, tahun 1867 berganti nama De Industrie NV. Pada tahun 1918, perusahaan Belanda berganti nama lagi. Saat itu, julukannya menjadi De Vulkan.
Lalu, tahun 1957 atau 12 tahun setelah kemerdekaan RI, perusahaan milik Bayer tersebut dinasionalisasikan menjadi PN Indra, PT Boma, dan PN Bisma. Dalam progresnya, ketiganya bergerak di bawah naungan Departemen Perindustrian. Atau, bisa disebut sebagai anak perusahaan di zamannya.
![]() Kompleks Makam Peneleh Surabaya Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim
|
Berselang 14 tahun atau di tahun 1971, PT BBI resmi didirikan. BBI sendiri adalah peleburan dari 3 perusahaan itu. Kemudian, di tahun 1989, PT BBI mengambil alih 100% PT Bromo Steel Indonesia (PT Bosto).
Namun, saat zaman krisis moneter setelah orde baru rampung di 1998, PT BBI kembali dirombak. Sebab, sesuai Peraturan Pemerintah nomor 35 tahun 1998 dan instruksi presiden nomor 15 tahun 1998, statusnya saat itu menjadi anak perusahaan PT Pakarya Industri (Persero).
Tak lama, yakni di tahun 1999, ada perubahan anggaran dasar PT Pakarya Industri Persero. Selanjutnya, ikon dan namanya menjadi PT Bahana Pakarya Industri Strategis (BPIS) Persero. Seketika itu lah, PT BBI menjadi salah satu anak perusahaan PT BPIS.
Kemudian, terdapat pembubaran PT BPIS Persero di tahun 2002. Lalu, juga terjadi penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke PT BBI. Dalam progresnya yang berlangsung kala itu, membuat PT BBI menjadi persero kembali. Namun, tetap berada di bawah naungan Kementerian Negara dan BUMN.
Berdasarkan data yang diperoleh detikJatim, 2008 menjadi format terakhir PT BBI. Berdasarkan perubahan anggaran dasar PT BBI yang disahkan Menkumham RI kala itu menyebut, tujuan PT BBI didirikan yakni guna menunjang serta melaksanakan program pemerintah. Terlebih, pada sektor pembangunan, pun dengan perekonomian di Indonesia.
Selain itu, peruntukannya juga dalam bidang industri konversi energi. Begitu juga pada sektor permesinan, sarana dan prasarana industri, hingga jasa dan perdagangan serta agro industri.
Kendati demikian, tak banyak khalayak yang mengetahui perihal itu. Hal tersebut kian diperkuat dengan sematan sejarah dari Kuncar yang menyebut Tuan Bayer semasa hidup memiliki pabrik bernama De Bromo. Dalam perjalanannya, ketika era kemerdekaan RI, pemerintah dinasionalisasikan pabriknya. Kemudian, julukannya berganti menjadi PT Boma Bisma Indra (BBI) Persero.
“Dulu, BBI (PT Boma Bisma Indra) di Jalan KH. Mas Mansyur 229 Surabaya,” tuturnya.
Sayangnya, kisah itu pun belum terkuak secara utuh dan terangkum secara detil hingga kini. Sebab, hanya ada secerca temuan yang saat ini kondisinya sudah lapuk termakan zaman dan sejumlah faktor lain.
Artikel asli : detik.com