Miris, Susah Sinyal Mahasiswi Magelang ini Terpaksa Belajar Online di Pinggir Jalan

  • Share

“Ibu bilang, ‘sing penting hati-hati. Misale ada orang yang gak dikenal, siap bawa kunci motor, biar langsung ngegas’. Siap-siap lari kalau ada yang jahat,” ujar dia.

Diketahui, bapaknya bekerja sebagai satpam sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga.

Teara menyebutkan, ada beberapa temannya yang bersimpati dan menawarkan untuk mengerjakan di rumahnya, tetapi lokasinya cukup jauh. Selain itu, ia merasa tidak enak jika tiap hari bertamu.

“Sebenarnya teman-teman sangat bersimpati, menawarkan ke rumahnya, tetapi kan jauh. Paling dekat juga Borobudur, daerah Tuksongo. Seringnya di situ, tetapi tidak enak kalau tiap hari bertamu. Kalau pagi juga, berangkatnya harus pagi-pagi sekali. Belum siap-siapnya. Jadi kayaknya lebih efektif di sini,” katanya.

Persiapan Sebelum Belajar Online 

Untuk itu, semalam sebelumnya ia harus mempersiapkan baterai laptop sampai full, kabel data, buku dan HP. Sejauh ini, paling lama berada di lokasi mulai dari pukul 07.00 WIB sampai 14.00 WIB.

“Laptop, buku, kabel data dan handphone. Laptop di-cas dulu sampai full. Pernah jam 07.00 sampai jam 02.00 sore, di sini duduk di pinggir jalan, mantengin laptop garap tugas, kepanasan dan sebagainya. Kadang bawa bekal dari rumah, kadang disusulin sama ibu. Orang-orang sini pada tahu, kalau mencari sinyal di sini,” tuturnya.

Kuliah daring tersebut, kata Teara, sangat berat. Pertama, karena sinyal internet yang cukup susah, kemudian yang kedua terkadang jadwal yang tidak tentu. Kemudian, tugas yang diberikan membutuhkan internet juga untuk browsing.

“Berat banget. Pertama, karena sinyal susah. Jadwalnya kadang gonta-ganti nggak menetap. Kadang tahu pun kalau sudah selesai kuliahnya. Tugasnya tentu banyak sekali. Tugas itu pun harus membutuhkan internet untuk mencari informasi dan browsing di internet. Sementara di sini, susah sinyal,” katanya.

Harapan Teara dan Salma 

Teara berharap, ada wifi yang bisa diakses oleh semua yang sedang kuliah maupun sekolah. Keberadaan wifi tersebut sangat membantu sekali di masa pandemi dengan model pembelajaran jarak jauh seperti ini.

“Ada wifi yang bisa diakses buat saya dan teman-teman, adik-adik yang sedang sekolah. Itu pun inginnya free wifi, kalau misal ada penanggung jawab tidak disandi atau semua dikasih tahu. Jam operasional disesuaikan. Entah dari pemerintah atau kampus yang bisa membantu menyediakan. Tidak hanya saya, tapi untuk teman-teman dari saya yang juga kesulitan sinyal,” ujarnya.

Sedangkan Salma menambahkan, di rumahya juga tidak ada sinyal. Sinyal tersebut ada di lokasi pinggir jalan tersebut. Kemudian, sekolah daring telah berlangsung sejak bulan Maret lalu.

“Di rumah tidak ada sinyal. Yang ada sinyal di sini. Ya sudah di sini mencari sinyalnya. Bersama kakak, memutuskan belajar di sini. Sekolah daring dari Maret, ada Corona, terus di sini. Mengerjakan tugas pelajaran seperti biasa,” kata Salma.

Salma berharap ada wifi yang bisa diakses di desanya. Hal ini karena di wilayahnya kesulitan mencari sinyal HP.

“Ada wifi buat kita. Juga banyak di desa sini yang butuh, banyak teman-teman yang kesulitan dengan daring. Di sini kesulitan sinyal dan jaraknya yang jauh dari tempat mana-mana,” ujarnya.

Artikel Asli : wajibbaca.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *