Misteri Terungkap, Penyebab Ledakan Amonium Nitrat di Beirut

  • Share

Ledakan dahsyat yang terjadi di pelabuhan Beirut (Port of Beirut) pada Selasa (4/8/2020) lalu nyatanya sudah diprediksi oleh pihak terkait di Lebanon. Menurut dokumen yang dilihat oleh Reuters dan sumber keamanan senior, pejabat keamanan Lebanon sudah memperingatkan perdana menteri dan presiden bulan lalu.

Laporan Direktorat Jenderal Keamanan Negara tentang peristiwa yang mengarah ke ledakan termasuk referensi, dikirim melalui surat pribadi kepada Presiden Michel Aoun dan Perdana Menteri Hassan Diab pada 20 Juli. Mereka mengatakan 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan Beirut menimbulkan risiko keamanan dan dapat menghancurkan ibu kota jika meledak.

Lebih dari dua minggu kemudian, bahan kimia industri meledak dalam ledakan besar yang melenyapkan sebagian besar pelabuhan. Tragedi itu menewaskan sedikitnya 163 orang, melukai 6.000 lainnya, dan menghancurkan sekitar 6.000 bangunan

Meskipun isi surat itu tidak ada dalam laporan yang dilihat oleh Reuters, seorang pejabat senior keamanan mengatakan bahwa itu meringkas temuan penyelidikan yudisial yang diluncurkan pada Januari. Di mana ada kesimpulan bahwa bahan kimia tersebut perlu segera diamankan.

“Ada bahaya bahwa bahan ini jika dicuri, bisa digunakan dalam serangan teroris,” kata pejabat itu kepada Reuters.

“Di akhir penyelidikan, Jaksa Agung (Ghassan) Oweidat sudah menyiapkan laporan akhir yang dikirim ke pihak berwenang,” katanya, mengacu pada surat yang dikirim ke perdana menteri dan presiden oleh Direktorat Jenderal Keamanan Negara, yang mengawasi keamanan pelabuhan.

“Saya memperingatkan mereka bahwa ini bisa menghancurkan Beirut jika meledak,” kata pejabat itu, yang terlibat dalam penulisan surat itu dan menolak disebutkan namanya.

Sayangnya hingga berita ini diturunkan, kantor perdana menteri dan kepresidenan tidak menanggapi permintaan komentar tentang surat 20 Juli itu. Jaksa Agung di Lebanon juga tidak menanggapi permintaan komentar.

Sementara itu, dari sumber yang sama, diketahui bahwa sejak Januari 2020, seorang hakim melakukan penyelidikan resmi setelah ditemukan bahwa Hangar 12 di Pelabuhan Beirut tidak dijaga. Apalagi, ada kerusakan di dinding dan pintu yang membuat bahan berbahaya berisiko dicuri.

Dalam laporan terakhirnya setelah penyelidikan, Jaksa Agung Oweidat memberi perintah. Pada 4 Juni, berdasarkan perintah tersebut, keamanan negara menginstruksikan otoritas melakukan perbaikan.

“Pemeliharaan dimulai dan (otoritas pelabuhan) mengirim tim pekerja Suriah (tetapi) tidak ada yang mengawasi mereka ketika mereka masuk untuk memperbaiki lubang,” kata pejabat keamanan itu.

Selama pengerjaan, percikan api dari pengelasan berlangsung dan api mulai menyebar.

“Mengingat ada kembang api yang disimpan di hanggar yang sama, setelah satu jam kebakaran besar dipicu oleh kembang api, dan itu menyebar ke bahan yang meledak ketika suhu melebihi 210 derajat,” kata pejabat tinggi keamanan itu.

Pejabat itu menyalahkan otoritas pelabuhan karena tidak mengawasi kru perbaikan dan karena menyimpan kembang api di samping deposit besar bahan peledak tinggi.

“Hanya karena hanggar menghadap ke laut, dampak ledakan bisa dikurangi. Jika tidak, seluruh Beirut akan hancur,” katanya.

“Masalahnya adalah tentang kelalaian, tidak bertanggung jawab, penyimpanan yang buruk, dan penilaian yang buruk.”

Ledakan di Beirut terjadi 4 Agustus lalu. Akibatnya Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mundur.

Artikel Asli : cnbcindonesia.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *