Lingkungan mikro yang hangat dan lembab di dalam masker memang cenderung kondusif bagi mikroba untuk berkembang.
Akan tetapi para penaliti mencatat bahwa tidak semua mikroba berbahaya.
Tes lebih lanjut
Perlu tes lebih lanjut untuk mengetahui jenis bakteri yang ditemukan pada masker dan apakah berpotensi menyebabkan penyakit atau kondisi kulit.
Dr John Common, peneliti utama di Skin Research Institute of Singapore, di Agency for Science, Technology and Research, mengatakan S. aureus dapat menghasilkan sejumlah racun yang terkadang merugikan manusia.
Ini diklasifikasikan sebagai pathobiont, yang berarti dapat menyebabkan kerusakan pada kondisi tertentu, meskipun bakteri tersebut dapat ditemukan secara umum pada orang sehat.
Reaksi alergi
Dr John Chen, asisten profesor di departemen mikrobiologi dan imunologi di Sekolah Kedokteran Yong Loo Lin Universitas Nasional Singapura, mengatakan bakteri pada masker bisa menyebabkan sejumlah dampak.
“Pada tingkat rendah, sistem kekebalan Anda menjaga mereka tetap terkendali, tetapi pada tingkat yang tinggi, mereka dapat menyebabkan reaksi alergi ringan hingga parah, masalah pernapasan, dan bahkan infeksi hidung,” kata Chen.
Pada penelitian lain, profesor dari Institut Teknologi Rochester, Thomas H. Gosnell juga menguji seberapa kotor masker kain jika tidak dicuci.
Melansir 13wham.com, percobaan dilakukan pada dua masker, masing-masing selama 3 hari.
Satu tidak dicuci dan yang lainnya dicuci sekali sehari di mesin cuci.
Hasilnya, masker yang tidak dicuci memiliki lebih banyak bakteri, meski bukan jenis bakteri yang bahaya.
Adapun Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), merekomendasikan untuk mencuci masker setiap hari atau setiap kali kotor.
Artikel asli : kompas.com