Penyesalan Masa Tua Anggota Cakrabirawa Penjemput AH Nasution: ‘Saya Bersumpah di Hadapan Allah’

  • Share

Apalagi berpikir jauh untuk menyelidiki kebenaran isu itu, termasuk urusan politik yang melingkupinya.

Bagi Cakrabirawa, keselamatan presiden berada di pundak mereka. Karena itu, perintah atasan harus dilaksanakan.

“Pola pikir kami saat itu, ini bahaya ada yang mau gulingkan pimpimpin besar revolusi. Sehingga apa yang diperintahkan komandan siap laksanakan. Kalaupun kemudian saya dihukum karena melaksanakan tugas, itu sudah konsekuensi saya,”katanya

29 September 1965, Letkol Untung bersama Kolonel Latief sempat menemui Panglima Kostrad Soeharto di Rumah Sakit Angkatan Darat Jakarta.

Ia saat itu sedang menunggui putranya, Tommy Soeharto yang harus dirawat karena tersiram sup panas.

1 Oktober 1965 dini hari, seluruh pasukan yang terlibat dibagi ke dalam beberapa kelompok.

Mereka disebar untuk menjemput para jenderal yang telah ditentukan.

Satu kompi pasukan, termasuk di dalamnya Sulemi bertugas menjemput Jenderal AH Nasution.

Perintah komandan saat itu, kata Sulemi, adalah menjemput jenderal dimaksud agar menghadap presiden Soekarno.

Ada persoalan penting yang harus dibicarakan antara mereka.

Rombongan penjemput Nasution rupanya sempat tersesat ke rumah Menteri JE Leimana yang bersebelahan dengan rumah AH Nasution.

Sulemi dan anggota lain berhasil masuk rumah Nasution tanpa hambatan.

Pintu rumah depan tak terkunci. Ia bersama dua anggota lain, Suparjo dan Hargiono menuju sebuah kamar tempat Nasution berada.

Sulemi mengetuk pintu kamar agar sang jenderal keluar.

Nasution sempat membuka pintu sedikit, lalu menutupnya kembali dan menguncinya rapat.

“Saya ketuk. Kita dengan hormat. Tapi pintu ditutup kembali. Pengertian saya kalau begitu, dia sudah tahu apa yang mau kita lakukan,” katanya.

Sulemi lantas memerintahkan dua anggotanya untuk membuka paksa pintu itu.

Keduanya menembaki kunci pintu mengunakan sten.

Tujuannya, pintu kamar terbuka sehingga mereka bisa masuk menemui jenderal.

Sulemi membantah terjadi konfrontasi langsung antara prajurit dengan putri AH Nasution, Ade Irma Nasution yang saat itu masih belia.

Terlebih anak itu bukan target mereka.

Jikapun peluru yang ditembakkan ke logam pintu itu meleset, lalu tanpa sengaja mengenai gadis kecil itu di dalam kamar, Sulemi tak mengetahuinya.

Kunci berhasil dirusak, pintu terbuka. Namun Nasution sudah tidak berada di kamar.

Ia berhasil lolos keluar kamar kemudian melompati pagar.

Suara tangis Ade Irma terdengar oleh prajurit saat meninggalkan kamar.

Tetapi Sulemi tak berpikir macam-macam.

Ia menilai itu tangis wajar seorang bocah saat menghadapi situasi tegang.

Ia justru baru mengetahui kalau anak itu dikabarkan tertembak saat sudah meninggalkan rumah.

“Ini penyelewengan. Gila apa, anak kecil gak ngerti apa-apa ditembak.

Segila-gilanya prajurit gak sampai begitu. Makanya saya tadi sudah sumpah, saya akan bertanggung jawab di hadapan Yang Maha Kuasa.

Yang saya lihat dan lakukan, itu yang saya katakan,” katanya.

Artikel asli : tribunnews.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *