Indonesia dikenal menjadi salah satu negara di dunia dengan sumber dayanya yang melimpah. Bahkan, beberapa sumber daya ini masih belum dieksplorasi lebih lanjut atau bahkan belum ditemukan oleh siapapun.
Hal ini terbukti dimana baru-baru ini, Pemerintah melalui Badan Geologi Kementerian ESDM membeberkan bahwa Indonesia memiliki potensi ‘harta karun super langka, dalam hal ini adalah Logam Tanah Jarang (LTJ) atau Rare Earth Element/REE.
‘Harta Karun’ ini diketahui sangat diidam-idamkan oleh banyak negara karena sangat dibutuhkan sebagai bahan baku peralatan berteknologi canggih di era modern saat ini.
Logam tanah jarang merupakan bahan baku peralatan teknologi, mulai dari baterai, telepon seluler, komputer, industri elektronika hingga pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/ Angin (PLTB).
Selain itu, bisa juga untuk bahan baku kendaraan listrik hingga industri pertahanan atau peralatan militer.
Meski begitu, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono mengatakan sejauh ini Indonesia masih perlu banyak belajar mengenal mineral yang disebut mineral kritis tersebut. Mengingat, sejauh ini baru China yang paling pesat dalam pengembangan LTJ.
“Namanya juga mineral jarang, keberadaannya hanya di lokasi tertentu, gak semua negara punya. Karena jarang, hukum ekonomi barang langka dan jarang menjadi mahal, lebih jauh dari batu bara misalnya, coba dilihat lithium berapa harganya. Tapi memang mahal itu per gramnya,” ungkap Eko, dikutip Minggu (27/11/2022).
Lebih lanjut, pihaknya sendiri telah melakukan penyelidikan terkait dengan adanya logam tanah jarang di beberapa wilayah di Indonesia. Misalnya di Bangka Belitung di dalam proses kandungan timah.
Adapun Indonesia yang disebut sebagai ring of fire mulai dari Sumatera Utara sampai Sumatera Selatan, Pulau Jawa sampai ke Timur Indonesia merupakan jalur vulkanik.
“Jadi sepanjang jalur itu ada mineralisasi, kan mineral-mineral itu asalnya dari batuan juga dari bumi itu. Kita ketahui untuk LTJ yang saat ini asosiasinya dengan jalur timah makanya kita cari jalur timah mulai Sumut sampai Timur,” jelasnya.
Tak hanya itu, di Lumpur Lapindo, Sidoarjo saat ini dalam penyelidikan yang justru ditemukan adanya potensi mineral kritis seperti Lithium dan Stronsium. Namun, hingga kini menurut Budi belum dihitung secara pasti besaran dari Lithium dan Stronsium yang ditemukan di Lumpur Lapindo tersebut sehingga pihaknya masih akan melakukan kajian lanjutan ke depan.
Artikel asli : cnbcindonesia.com