“Namanya juga mineral jarang, keberadaannya hanya di lokasi tertentu, gak semua negara punya. Karena jarang, hukum ekonomi barang langka dan jarang menjadi mahal, lebih jauh dari batu bara misalnya, coba dilihat lithium berapa harganya. Tapi memang mahal itu per gramnya,” ungkap Eko, dikutip Minggu (27/11/2022).
Lebih lanjut, pihaknya sendiri telah melakukan penyelidikan terkait dengan adanya logam tanah jarang di beberapa wilayah di Indonesia. Misalnya di Bangka Belitung di dalam proses kandungan timah.
Adapun Indonesia yang disebut sebagai ring of fire mulai dari Sumatera Utara sampai Sumatera Selatan, Pulau Jawa sampai ke Timur Indonesia merupakan jalur vulkanik.
“Jadi sepanjang jalur itu ada mineralisasi, kan mineral-mineral itu asalnya dari batuan juga dari bumi itu. Kita ketahui untuk LTJ yang saat ini asosiasinya dengan jalur timah makanya kita cari jalur timah mulai Sumut sampai Timur,” jelasnya.
Tak hanya itu, di Lumpur Lapindo, Sidoarjo saat ini dalam penyelidikan yang justru ditemukan adanya potensi mineral kritis seperti Lithium dan Stronsium. Namun, hingga kini menurut Budi belum dihitung secara pasti besaran dari Lithium dan Stronsium yang ditemukan di Lumpur Lapindo tersebut sehingga pihaknya masih akan melakukan kajian lanjutan ke depan.
Artikel asli : cnbcindonesia.com