Dia menggunakan lentera bahan bakar untuk menerangi gua dan istrinya menyiapkan makanan di atas api. Selama musim panas, keluarga tidur di luar karena takut akan ular dan kalajengking yang sering membuat gua-gua rumah mereka.
Kehidupan serupa juga dijalani Khalil Jabreen, (41) yang tinggal bersama keluarga beranggotakan enam orang di sebuah gua seluas 250 meter persegi di dekat lokasi rumahnya yang dihancurkan israel di Khirbet al-Fakhit.
Keluarga Jabreen yang beranggotakan enam orang telah tinggal di gua sejak rumahnya pertama kali dihancurkan pada 2000 karena dibangun tanpa izin.
Setiap kali dia membangun kembali rumahnya, tentara Israel akan datang dan menghancurkannya.
“Pasukan Israel terus-menerus mengusir kami dari daerah itu, tetapi kami menolak semua upaya pemindahan dan kami ingin menjaga tanah kami agar tidak dicuri dari kami agar mereka membangun pos-pos baru,” katanya kepada Al Monitor.
Menurut Abdel Hadi Hantash, seorang anggota Komite Umum untuk Pertahanan Tanah Palestina di Tepi Barat, Israel berusaha menjadikan Hebron sebagai Kota Yahudi dan mencaplok Kota Tua hingga pemukiman Kiryat Arba, yang diberikan oleh pemerintah Israel status kotamadya.
“Orang Israel menganggap Hebron sebagai kota religius,” menunjukkan bahwa pemukim di daerah ini secara khusus ditandai oleh fanatisme agama dan ekstremisme politik.
Dia meminta otoritas resmi Palestina untuk membangun infrastruktur di daerah yang terancam penyitaan dan perampasan.
“Mereka harus naik banding ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), yang ditakuti oleh pendudukan karena dapat mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi para pemimpinnya yang melakukan kejahatan perang dan menyita tanah, dan memaksa ICC untuk mengeluarkan keputusan yang adil bagi Palestina dan memperkuat ketahanan mereka. ”
Artikel Asli : okezone.com