Badan Pengawas Obat-Obatan dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan izin vaksin Sinovac untuk disuntikkan kepada lansia atau lanjut usia. Penyuntikkan pun sudah mulai dilakukan pada awal Januari 2021. Namun, apakah ada efek samping vaksin Sinovac untuk lansia?
Keputusan BPOM memberikan izin vaksin Sinovac kepada lansia setelah melakukan pembahasan terintegrasi dengan pihak-pihak terkait, seperti Komite Nasional Penilai Obat, Indonesia Technical Advisory Group of Immunisation, dan dokter-dokter spesialis alergi, imunologi, dan geriatri.
Data-data tersebut didapatkan dari uji klinis di China dan Brazil menggunakan Sinovac untuk lansia.
Juru Bicara Vaksin Covid-19 untuk pemerintah RI Lucia Rizka Andalusia menjelaskan uji klinis 1 dan 2 di China dilakukan penyuntikan kepada 400 orang lansia sebagai subyek dengan dua dosis vaksin berjarak 28 hari.
Menurutnya uji klinis tersebut menunjukkan hasil yang baik dengan seroconversion rate setelah 28 hari pemberian dosis kedua mencapai 97,96%.
“Keamanan yang dapat ditoleransi dengan baik serta tidak ada efek samping serius derajat 3 yang dilaporkan karena pemberian vaksin ini,” kata Lucia dalam konferensi pers minggu lalu dikutip CNBC Indonesia, Sabtu (13/2/2021).
Sementara itu di Brasil pada hasil uji klinik fase 3 melibatkan subyek 600 orang lansia pada akhir Januari lalu. Hasilnya menunjukkan vaksin aman, tidak ada kematian dan efek samping serius untuk kelompok 60 tahun ke atas.
“Dari studi klinik yang dilakukan efek samping yang umum terjadi berupa nyeri pada tempat suntikan, mual, demam, bengkak dan kemerahan pada kulit dan rata-rata frekuensi efek samping tersebut tidak lebih dari 1,19 persen,” jelasnya.
Selain itu, BPOM juga mengeluarkan fact sheet untuk tenaga kesehatan sebagai acuan mereka dan vaksinator saat melakukan screening sebelum vaksinasi. Menurutnya ini dilakukan karena lansia adalah populasi yang beresiko tinggi jadi pemberian vaksin perlu hati-hati.
Wakil Ketua Umum IDI Slamet Budiarto menjelaskan keputusan BPOM untuk memberikan izin vaksinasi kepada lansia sudah berdasarkan uji klinis di Brazil.
“Jadi, kalau memang itu sudah aman untuk lansia. Karena banyak tenaga kesehatan yang sudah lansia juga. Terutama dokter-dokter, perawat, apoteker, dan lain-lain,” kata Slamet dalam program Profit CNBC Indonesia TV pekan lalu, dikutip Sabtu (13/2/2021).
Menurut Slamet vaksin Sinovac yang dimiliki Indonesia, baik yang untuk usia 18-59 tahun dan untuk usia 60 tahun ke atas memiliki kandungan yang sama.
Hanya saja, kata Slamet vaksinator perlu melakukan pengawasan ketat kepada para lansia ketika sudah divaksin, mengingat kekebalan mereka sudah tidak sebaik dengan kekebalan usia muda. Dan dikhawatirkan menimbulkan efek samping seperti alergi berat yang bisa menimbulkan shock.
“Takut terjadi efek samping vaksin, sehingga terjadi pemantauan yang ketat. Efek samping yang paling berbahaya adalah alergi, bisa menyebabkan shock anafilaksis, alergi berat. Itu paling berbahaya,” jelas Slamet.
“Paling sering adalah ngantuk lemas, sakit kepala. Dan itu ringan,” kata Slamet melanjutkan.
Kendati demikian, Slamet vaksinasi untuk lansia dipastikan tidak berbahaya. “Ya (tidak berbahaya untuk lansia) saya kira. Kesimpulan awal seperti itu, sambil dievaluasi,” ujarnya.
Berikut sejumlah fakta mengenai vaksin Sinovac yang disuntikkan kepada Lansia:
1. Imunogenitas 97,96%
Salah satu alasan BPOM memberikan izin disuntikkannya vaksin Sinovac ke lansia karena vaksin China ini mampu menekan dampak buruk virus kepada lansia. Hasil uji klinis menunjukkan imunogenitas Sinovac untuk lansia mencapai 97,96%.
“Setelah 28 hari pemberian dosis kedua, titer antibodi masih tinggi di 97,96%,” jelas Kepala BPOM Penny K Lukito.
Pada uji klinis fase 1 dan 2 dilakukan China dengan subjek lansia sekitar 400 orang, diberikan dalam 2 dosis dengan jarak 28 hari. Sisi keamanan dapat ditoleransi, tidak ditemukan efek samping serius derajat ketiga yang dilaporkan.
Sedangkan uji klinis fase 3 di Brasil melibatkan 600 subjek lansia usia 60 tahun ke atas menunjukkan vaksin aman, tidak ada efek samping serius derajat ketiga yang dilaporkan.
2. Efek Samping
Dalam data interim uji klinis fase I dan II pada orang dewasa sehat berusia 60 tahun ke atas. Dalam laporan uji klinis yang diterbitkan di The Lancet, uji klinis I dan II yang dimulai sejak 22 Mei hingga 15 Juni 2020 itu melibatkan 422 orang tua berusia 60 tahun ke atas.
Hasilnya vaksin Sinovac aman dan stabil pada lansia. Meski efikasi vaksin disebut berkurang karena lansia punya sistem kekebalan tubuh yang lebih rendah, vaksin ini tetap dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh.
Dikutip dari Global Times, efek samping vaksin Sinovac pada lansia disebut berkisar reaksi ringan hingga sedang. Paling sering dilaporkan adalah nyeri di tempat suntikan dan demam. Sebagian besar reaksi itu terjadi dalam tujuh hari setelah vaksinasi, dan peserta pulih dalam waktu 48 jam.
3. Rentan waktu penyuntikan lebih lama
Dalam petunjuk teknis vaksinasi oleh Kementerian Kesehatan, lansia masuk pada kelompok ketiga yang diberikan vaksin COVID-19 setelah tenaga kesehatan dan para petugas pelayanan publik.
Ada perbedaan penggunaan vaksin Corona Sinovac pada lansia dan usia lainnya. Pertama, pada usia 18 – 59 tahun, vaksin ini akan disuntikan ke dalam otot (intramuskular) sebanyak 0,5 mL dalam dua dosis dengan selang waktu 14 hari untuk vaksinasi pada situasi masa emergensi pandemi COVID-19 sementara pada lansia usia di atas 60 tahun, vaksin diberikan dalam dua dosis dengan selang waktu 28 hari.
Selain itu ada beberapa syarat khusus pemberian vaksinasi COVID-19 pada lansia. Mereka yang berusia lanjut harus melaporkan kepada petugas kesehatan bila mengalami tanda-tanda berikut:
– Sering merasa kelelahan
– Memiliki 4 dari 11 penyakit (Hipertensi, diabetes, kanker (selain kanker kulit kecil), penyakit paru kronis, serangan jantung, gagal jantung kongestif, nyeri dada, asma nyeri sendi, stroke dan penyakit ginjal)
– Kesulitan naik 10 anak tangga
– Kesulitan berjalan kira-kira 100 sampai 200 meter
– Penurunan berat badan yang bermakna dalam setahun.
Artikel asli : cnbcindonesia.com
Response (1)