Pria yang juga Ketua PWNU Jatim ini menyampaikan, meski seseorang yang hadir di suatu acara beragama minoritas, namun harus tetap diberi kesempatan untuk berdoa sesuai keyakinannya.
“Kalau Kristen gak diberi kesempatan, menurut keyakinannya, masak kita paksa berdoa secara Islam. Terus nanti kalau di Papua, nanti yang Islam gak diberi kesempatan doa ala Islam, masak berdoa ala Kristen. Itu namanya memaksakan. Kalau di Islam memaksakan kan gak boleh,” bebernya.
Marzuki menepis anggapan, bahwa pembacaan doa dari beberapa agama merupakan pencampur adukan. Menurutnya, pembacaan doa sesuai agama seseorang yang hadir di suatu acara, tetap harus diberi kesempatan.
“Itu bukan mencampur adukkan agama. Jadi monggo karena yang hadir, tarulah 30 orang. Muslimnya 20, Katolik 5, Kristen 5, meski minoritas tetep diberi kesempatan,” katanya.
“Nanti kalau di Papua Muslimnya hanya 5, Kristennya 10, Katolik 15. Karena di sini kita memberi kesempatan meski lain minoritas, nanti ada kesempatan Muslim meski minoritas di Papua diberi kesempatan. Jadi podo enake (sama enaknya),” pungkasnya.
Artikel asli : detik.com