Hal itulah yang menyebabkan masyarakat kesulitan membantu Ginem.
Sebab ketika dibantu, Ginem justru marah-marah dan teriak-teriak.
“Dia memang suka marah kalau barangnya ada yang sentuh, bahkan kalau masyarakat sekitar bantu membersihkan rumah, dia marah marah, sampahnya dia kembalikan lagi ke rumahnya,” kata Sugeng.
Bahkan petugas Dinas Sosial yang mendatangi rumahnya pun mengaku sulit memberikan pemahaman pada Ginem.
Tidak diakui keluarga
Sifat pemarahnya itu tidak terlepas dari kisah hidup Ginem yang menyedihkan.
Tidak ada keluarga yang mengakui keberadaannya.
Ginem sebenarnya memiliki rumah peninggalan almarhum suami, namun terbakar pada tahun 2015.
“Rumah peninggalan almarhum suaminya terbakar pada sekitar 2015 lalu, sejak itu ia menempati rumah bantuan pemerintah Kalimantan Timur, rumah dengan kategori SSS (Sangat Sederhana Sekali),” lanjut Sugeng.
Dia banyak menghabiskan waktu dengan berjalan tanpa tujuan.
Ketika pulang, dia biasanya membawa makanan dan uang pemberian orang lain.
Artikel asli : palingseru.com