“Jadi kalau petani dikatakan penyangga ekonomi itu memang benar. Tapi itu dulu, kalau sekarang harus diteliti lagi, karena yang muda itu sekarang sudah enggak mau lagi bertani, mereka ingin jadi priyayi semua, kerja di kantor,” kata Suhartono.
Soemarsaid Moertono, dalam bukunya yang berjudul State and Statecraft in Old Java menuliskan bahwa petani adalah penyangga supra-village.
Artinya, petanilah yang menyangga kehidupan di atas desa. “Jadi kehidupan di atas desa semuanya ditanggung oleh petani,” lanjut Suhartono.
Soal Soekarno yang menyebut petani adalah penyangga tatanan negara Indonesia, menurut Suhartono hal itu tidak bisa lepas dari kecerdasan Soekarno dalam berpolitik.
Soekarno paham betul, kaum tani memiliki kekuatan yang sangat besar.
“Jadi Bung Karno itu cerdas. Jadi untuk memenangkan perpolitikan, dia tahu harus menguasai dukungan dari kaum tani. Sebab mayoritas penduduk Indonesia itu tani,” ujarnya.
Karena sebenarnya Kata petani sudah ada jauh sebelum Soekarno membuat akronim Penyangga Tatanan Negara Indonesia.
Kata petani berasal dari kata tani, yang merupakan bahasa sanskerta. Dalam bahasa sanskerta, kata tani berarti tanah yang ditanami.
Ketika mendapat imbuhan ‘pe’ di depannya, maka kata tani yang awalnya merupakan kata benda akan menjadi subjek.
Seperti pelaut yang berasal dari kata laut, setelah mendapat imbuhan ‘pe’ maknanya berubah menjadi orang yang bekerja di laut.
Artikel asli : tribunnews.com