Ustaz Adi Hidayat Semprot Gus Miftah Soal Rendang Babi, Simak Kata-katanya

  • Share

Apabila makanan yang sudah menjadi hukum memiliki perbedaan tertentu, maka hasilnya akan menimbulkan suatu penyimpangan.

“Dalam kaidah ushul fiqh dikatakan al adatu muhakkamah kalau sudah melekat, sudah baik dikenal dengan itu, maka jadi hukum. Kalau sudah jadi hukum, maka dikenal oleh masyarakat, kalau berbeda dengan itu, maka akan ada sesuatu yang nyeleneh menyimpang,” terang UAH.

“Rendang itu prodak masyarakat Minang, budaya di Minang falsafahnya berbunyi adat bersanding sara, sara bersanding kitabullah, karena itu yang keluar dari Minang melekat dengan syariat walaupun prodak makanan,” ucapnya menambahkan.

UAH secara tegas meminta agar pihak manapun untuk tidak menanyakan agama terhadap benda atau makanan.

“Jadi jangan tanyakan tentang agamanya, kalau bertanya tentang agama pada makanan, itu pertanyaan kurang kerjaan,” tukasnya.

“Paham ya? Maka jawabannya pun dijawab dengan yang senapas dengan itu, jelas? Karena say amau ngajar ada pertanyaan seperti itu, kan agak janggal. Karena itu Anda yang sudah jelas jangan aneh-aneh lah supaya tidak muncul kegaduhan-kegaduhan.” tutup UAH.

Sebelumnya Pendakwah Gus Miftah menyebut tidak perlu terlalu membesar-besarkan persoalan rendang daging babi.

Menurut Gus Miftah, rendang terkhusus daging tidak mempunyai agama jadi jangan terlalu dalam menyikapinya hingga merugikan orang atau agama lain.

Gus Miftah kemudian membacakan potongan surat Al-Baqarah ayat ke-168 tentang makanan halal di bumi.

“Assalamualaikum, Allah SWT berfirman di dalam surat Al-Baqarah 168: Yā ayyuhan-nāsu kulụ mimmā fil-arḍi ḥalālan ṭayyibaw,” jelas Gus Miftah.

“Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di muka bumi,” tambahnya.

Pria yang merupakan keturunan ke-9 Kiai Ageng Hasan Besari itu menyebut umat Islam tidak perlu pusing jika ada makanan non-halal.

Ia juga tidak mempermasalahkan umat non-muslim mau makan makanan halal atau haram, yang terpenting sebagai muslim yang taat cukup menjauhi itu.

“Kewajiban makan makanan halal kan hanya untuk orang Islam ya, kalau non-islam? Ya terserah mau makan apa,” tuturnya.

“Sehingga kalau kita melihat makanan non-halal, yang kita lakukan jangan emosi, cukup nggak usah dibeli. Ngomong-ngomong sejak kapan ya rendang punya agama?.” tutupnya.

Artikel asli : radarcirebon.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *