Mahasiswa yang tak puas dengan jawaban Luhut pun meminta agar menteri tersebut memberikan bukti lewat data.
“Ada buktinya nggak, Pak? Ada datanya nggak? Buka big data! Atau Bapak yang minta?,” kata mahasiswa.
Dengan santai, Luhut pun menjawab bahwa tidak semua hal harus disampaikan pada publik.
“Dengerin, kan saya punya hak juga untuk tidak men-share sama kalian, tidak ada masalah kenapa harus ribut, kamu harus belajar berdemokrasi ke depan, bahwa kamu dengan istrimu, pacarmu saja bisa beda pendapat, tidak perlu emosional,” kata Luhut lagi.
Luhut pun menegaskan pada mahasiswa bahwa Presiden pun sudah menjelaskan bahwa pemilu akan diselenggarakan pada 14 Februari 2024 mendatang.
“Kamu berasumsi, tidak boleh. Sudah dijawab sama Presiden, Presiden sudah bilang pemilu tetap 14 Februari 2024,” paparnya.
Perdebatan pun masih berlanjut saat mahasiswa tetap memaksa Luhut membuka data soal banyaknya masyarakat yang ingin Jokowi 3 periode.
“Jadi apakah benar ada big data? Atau penundaan pemilu atas keinginan siapa?,” tanya mahasiswa lagi.
“Saya bilang saya yang ngomong, nggak ada yang lain. Saya hanya sampaikan ada data begini,” jawab Luhut.
“Kita minta dibuka!,” ucap massa protes.
Meski begitu, Luhut tetap enggan membeberkan data yang diminta mahasiswa itu.
“Kalau sepakat saya nggak sepakat boleh kan? Kita boleh beda pendapat nggak?,” katanya.
“Nah itu tujuan kita, Bapak harus buka data,” teriak mahasiswa lagi.
“Dengerin kamu, Anak Muda, kamu nggak berhak juga nuntut saya, karena saya juga punya hak untuk memberitahu,” papar Luhut.
Di akhir perdebatan itu, sejumlah mahasiswa bahkan menyebut bahwa Luhut adalah sosok yang otoriter.
Namun dengan tegas, Luhut menjawab bahwa dirinya tak mungkin mendatangi mahasiswa apabila memang sosoknya otoriter.
“Otoriter nih?,” ucap mahasiswa.
“Kalau otoriter saya nggak samperin kamu,” ucap Luhut mengakhiri.
Debat Luhut dan Mahasiswa
Artikel asli : tribunnews.com
