Bahasa Indonesia Makin Diminati di Korea Selatan

  • Share

Guru Besar Kajian Melayu-Indonesia Hankuk University of Foreign Studies, Prof. Koh Young Hun mengaku, belajar Bahasa Indonesia ternyata makin diminati oleh warga Korea Selatan.

Fakta ini disampaikannya saat menjadi pemateri kuliah umum secara daring yang digelar oleh Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember.

Menurut dia, setiap tahun setidaknya ada 500 siswa yang tertarik belajar Bahasa Indonesia di berbagai perguruan tinggi di Korea Selatan.

“Di Hankuk University of Foreign Studies, khususnya Kajian Melayu-Indonesia sendiri rata-rata menerima 70 mahasiswa baru setiap tahunnya,” sebut dia melansir laman Universitas Jember, Sabtu (24/4/2021).

Dia menyatakan, salah satu faktor yang mendorong siswa Korea Selatan berminat belajar Bahasa Indonesia adalah merebut peluang untuk bekerja di perusahaan Korea Selatan yang beroperasi di Indonesia.

Lanjut dia menyebut, jika mereka memiliki kemampuan berbahasa Indonesia, maka kesempatan diterima di perusahaan yang berinvestasi di Indonesia makin terbuka.

Bahkan, kata dia, saat ini sudah ada satu sekolah menengah atas di Korea Selatan yang mulai menawarkan pelajaran Bahasa Indonesia bagi siswanya.

Dia mengusulkan empat hal agar Bahasa Indonesia makin berkembang dan menjadi salah satu bahasa internasional.

Pertama, harus ada penetapan standar Bahasa Indonesia, mengingat Malaysia menggunakan bahasa Melayu, sementara Indonesia dengan Bahasa Indonesia.

Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia memiliki perbedaan pada tata bahasa dan dialeknya.

Kedua, sudah seharusnya ada standar ujian Bahasa Indonesia secara internasional seperti TOEFL atau IELTS untuk Bahasa Inggris yang berlaku secara internasional.

Ketiga, pembelajaran bahasa tidak lepas dari belajar budaya.

Oleh karena itu, guru Bahasa Indonesia untuk orang asing atau pengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) harus memperkaya pengetahuannya dengan budaya Indonesia, agar mampu menarik minat anak didiknya.

Keempat, dia menawarkan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran campuran.

“Di mana pengajar BIPA tidak selalu menerangkan materinya secara terperinci di kelas, tetapi juga mampu membuat aktivitas pembelajaran lain yang mendukung materi yang diberikan, termasuk menggunakan metode e-learning,” jelas pria yang sudah menulis puluhan buku cara belajar Bahasa Indonesia.

Untuk diketahui Bahasa Indonesia sendiri mulai dikenal warga Korea Selatan semenjak tahun 1957, dibarengi dengan pembukaan program studi yang mempelajari budaya dan bahasa Melayu-Indonesia.

KBRI dukung promosi Bahasa Indonesia

Seperti Hankuk University Foreign Studies yang mulai mendirikan Program Studi Kajian Melayau-Indonesia di tahun 1964.

Langkah mempromosikan Bahasa Indonesia didukung penuh oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul.

Seperti yang disampaikan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Seoul, Gogot Suharwanto yang turut menjadi pemateri.

Menurut Gogot, KBRI Seoul secara rutin telah menggelar Advanced Management Program, selain rutin memfasilitasi warga Korea Selatan yang berminat belajar Bahasa Indonesia melalui program BIPA.

Advanced Management Program adalah program pengenalan sosial budaya Indonesia termasuk bahasa, bagi para eksekutif perusahaan Korea Selatan, terutama bagi perusahaan yang akan berinvestasi di Indonesia.

“Pengembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan mendapatkan perhatian khusus karena Korea Selatan termasuk salah satu negara mitra investasi dan perdagangan utama kita,” ucap Gogot.

Rektor Universitas Jember Iwan Taruna mengapresiasi Bahasa Indonesia digemari di Korea Selatan.

Hal itu bisa memotivasi mahasiswa yang menempuh mata kuliah umum Bahasa Indonesia bisa bersungguh-sungguh belajar Bahasa Indonesia.

Pemerintah, tambah Iwan, sudah memiliki peta jalan pengembangan Bahasa Indonesia.

Adapun targetnya, pada tahun 2045 Bahasa Indonesia akan menjadi salah satu bahasa internasional.

“Jadi jangan sampai kita yang asli Indonesia malah tidak bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar, sementara orang asing berlomba-lomba belajar Bahasa Indonesia,” pungkas Iwan.

Artikel asli : kompas.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *