Hal itu dilakukan saat Yuda mulai menempuh pendidikan PAUD.
Dia pernah mencicipi pesantren di Bogor, Klaten, Tangerang dan Salatiga.
“Ketika di Salatiga di sebuah Pondok Dakwah.
Saya di situ mulai nakal dan memilih kabur beberapa kali terus saya dipulangkan ke rumah.
Sehari di rumah saya memilih kabur ke jalanan,” terangnya.
Singkat cerita, selama hidup di jalanan dari lulus SD hingga tahun 2020 asam garam hidup di jalanan pernah dialami.
Mulai dari perkelahian, minuman keras dan lainnya.
Dia paling teringat saat temannya ditemukan meninggal di mutilasi oleh orang tak dikenal di Tangerang beberapa tahun silam.
“Ada suka dan dukanya hidup di jalanan.
Tetapi yang jelas memang tak mudah hidup di jalanan,” terangnya.
Dia mengakui, hanya ingin terus berdakwah di sisa hidupnya ini.
Sembari mendalami ilmu agama yang sempat ditinggalkan.
Dia juga sedang sibuk mulai kembali menghafalkan Al-quran.
“Dulu sewaktu masih di Pondok Pesantren sempat hafalan sampai 24 juz.
Sekarang mulai saya cicil lagi,” katanya.
Menurutnya, sejauh ini telah mengajak empat temannya yang semasa dulu hidup di jalanan untuk kembali ke jalan Allah.
“Target saya mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk berbuat kebaikan dan kembali ke jalan Allah. Soal orang itu hijrah atau tidak itu urusan Allah,” ungkapnya.
Dia memiliki rencana selepas ramadan tahun ini akan dakwah selama empat bulan ke berbagai wilayah terluar di Indonesia seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan dan wilayah lainnya.
“Kita harus mengorbankan waktu, tenaga, dan harta kita untuk jalan dakwah,” paparnya.
Artikel asli : tribunnews.com