Ia juga mengakui telah merencanakan penyerangan bom molotov terhadap toko usaha hingga tokoh warga keturunan.

“(Keterlibatan saya) membuat bahan dari black powder dari Zulaimi Agus di Sukabumi,” kata Bambang dalam video yang beredar pada Sabtu (3/4/2021) lalu.
“Merencanakan penyerangan di SPBU dengan menggunakan bom molotov untuk menuntut bebasnya HRS dan merencanakan aksi pelemparan bom warga keturunan atau toko usaha milik warga keturunan,” tambahnya.
Ia juga mengaku telah merencanakan aksi penyerangan dengan ketapel dan peluru gotri jika terjadi kerusuhan saat demo di daerah Jakarta.
Tak hanya itu, Bambang juga merencanakan untuk memberikan serbuk bahan peledak ke sejumlah daerah.
“Merencanakan pemberian serbuk HCL03 terhadap setiap DPC dan DPW wilayah Bandung melalui Habib Mukri dan wilayah Brebes melalui Habib Hasan,” ungkap dia.
Bambang memastikan, pengakuannya dalam video tersebut merupakan tanpa paksaan dari pihak manapun.
“Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya-benarnya tanpa paksaan dari pihak manapun,” jelasnya.
Sementara, terduga teroris lainnya bernama Zulaimi Agus mengakui perbuatannya sebagai salah satu perakit bom aseton peroksida (TATP).

Bukan hanya perakit, dia juga orang yang dipercaya mengajar dalam merakit bom kepada kelompoknya.
Dalam sebuah video yang tersebar di kalangan awak media, Zulaimi mengakui sempat mengajar merakit bom kepada sejumlah orang.
Dia mengajarkan keahliannya itu di rumah terduga teroris lainnya bernama Habib HH di Condet, Jakarta Timur.
“Saya mengajarkan cara pembuatan TATP tersebut kepada Habib HH, Jeri, Malik, Naufal dan Bang Jun di rumah Habib Husein di garasi,” kata Zulaimi.
Namun, kata Zulaimi, proses pengajaran perakitan bom itu tidak berjalan mulus. Pasalnya, bom yang dibuatnya sempat meledak lantaran mengalami suatu kesalahan.
Ketika itu, sejumlah orang yang diajarkannya menjadi tak percaya dan kapok merakit bom bersama Zulaimi.
“Saya mengajarkan kepada mereka cara mencampurkan aseton Cair H2O2 cair dan HCL sekaligus hingga menyebabkan terjadinya letupan.”
“Setelah hal tersebut terjadi, maka membuat mereka yang ada di situ yang mau belajar terlihat seperti kapok karena ada letupan, jadi mereka gak berani,” ujar dia.
Artikel asli : tribunnews.com