Di tengah kebrutalan zionis Israel terhadap Palestina, peran-peran negara Arab mulai dipertanyakan.
Sebab hingga saat ini, negara-negara Arab terkesan membiarkan pembantaian yang dilakukan Israel.
Padahal negeri Anbiya itu merupakan salah satu tempat penting bagi Islam yang di dalamnya terdapat situs suci Masjid Al-Aqsa.
Jika kita melihat ke belakang, negara-negara Arab bahkan melarang warganya berkunjung ke Palestina, berziarah ke Masjid Al-Aqsa.
Satu penjelasan menarik diberikan oleh Mohamed Ali Galal El Fouly melalui akun Youtubenya, Fouly Channel.
Fouly merupakan warga Mesir yang kini menetap di Indonesia.

Mahasiswa yang belakangan dikenal sebagai kreator konten itu membagikan cerita mengapa orang Arab tidak boleh ke Palestina.
Cerita tersebut sebenarnya diposting tiga bulan lalu, tetapi menjadi menarik mengingat kecamuk konflik yang tengah terjadi di Palestina saat ini.
“Aku akan bahas hal yang agak sensitif, mengapa orang Arab tidak boleh ke Palestina. Padahal lokasinya dekat sekali,” kata Fouly.
Ia mencontonkan jarak tempuh dari tempat tinggalnya di Kota Giza, Mesir ke Kota Al-Quds tempat beradanya Masjid Al-Aqsa yang hanya 10 jam perjalanan menggunakan mobil.
“Walau sedekat itu, aku sebagai orang mesir tidak boleh ke Palestina,”
“Padahal orang Indonesia sendiri bisa pergi ke Palestina, bisa ziarah ke Masjid Al-Aqsa, bisa kemana-mana,” imbuhnya.
Sebenarnya, lanjut Fouly, alasan orang Arab tidak bisa ke Palestina berziarah ke Masjid Al-Aqsa dikarenakan kebijakan dari negaranya masing-masing.
Pelarangan itu dilakukan karena untuk bisa pergi ke Palestina, warga Arab harus mengurus visa perjalanan ke Kedutaan Israel di Mesir atau Yordania.
“Pendaftaran visa tersebut merupakan hal yang sangat tidak enak bagi saudara kita di Palestina dan menyinggung hati mereka,”
“Mereka tidak suka jika ada orang muslim berziarah ke Masjid Al-Aqsa melalui kedutaan besar Israel,” ungkapnya.
Untuk memahami hal itu, Fouly kemudian mencontohkan dirinya saat akan berkunjung ke Indonesia.
Fouly mengatakan, untuk bisa ke Indonesia dirinya terlebih dahulu harus mengurus visa di Kedutaan Besar Indonesia di Mesir.
Dia pun mengurus visa tersebut. Dia melakukan hal itu karena dirinya percaya kedutaan Indonesia di Mesir merupakan pihak resmi yang mewakili Pemerintahan Indonesia.