Pemerintah Presiden Donald Trump menarik kesepakatan itu yang melumpuhkan perdagangan internasional Iran. Dalam penarikan itu, Raisi dijatuhkan ancaman oleh Washington.
Iran sudah menyikapi dengan mengawali lagi operasi nuklir yang dilarang berdasar persetujuan. Perbincangan yang mempunyai tujuan untuk hidupkan kembali persetujuan nuklir itu sekarang ini sedang berjalan di Wina. Ini atas inisiasi Presiden baru AS Joe Biden. Tapi kedua pihak menjelaskan lainnya wajib melakukan langkah awal.
Walau Raisi dipilih ini kali, Washington masih tetap mengutamakan jika persetujuan itu tetap lebih bergantung pada Pimpinan Paling tinggi Ayatollah Khamenei.
“Keputusan akhir apa akan balik ke persetujuan [nuklir 2015] atau mungkin tidak berada pada pimpinan paling tinggi Iran dan bukan presiden,” sebut Jake Sullivan,Penasihat Keamanan Nasional AS seperti mencuplik Iran International.
Tetapi di lain sisi, Israel mencemaskan Raisi. Tel Aviv memandang dipilihnya Raisi ini menjadi satu diantara katalis negatif untuk kesepakatan nuklir Iran.
“Itu ialah peluang paling akhir untuk kemampuan dunia untuk bangun saat sebelum kembali lagi ke kesepakatan nuklir, dan untuk pahami sama siapa mereka menjalankan bisnis,” tutur Pertama Menteri (PM) Israel yang baru, Naftali Bennett.
“Beberapa orang ini ialah pembunuh, pembunuh massal. Sebuah pemerintahan algojo beringas jangan didiamkan mempunyai senjata pembasmi massal yang memungkinkan tidak untuk membunuh beberapa ribu, tapi juta-an,” sambungnya.