Stop Makan Ikan Jenis Ini Kalau Masih Sayang Nyawa! Sering Jadi Lauk di Meja Makan padahal Bisa Picu Kanker Otak

  • Share

Coba cek apa ikan jenis ini sering jadi lauk di meja makan?

Jika iya stop makan ikan jenis karena bisa picu kanker otak.

Trend makan ikan sebenarnya mulai tinggi digalakan di masyarakat sejak era Susi Pudjiastuti menjadi Menteri Perikanan dan Kelautan.

Sejak itu, ikan lebih dikenal sebagai bahan yang kaya manfaat dan nutrisi.

Padahal sebenarnya, jauh sebelum itu pun, banyak ibu sudah sering makan ikan di rumah.

Alasanya bukan karena nutrisinya, tapi karena ikan punya harga jauh lebih murah ketimbang daging.

Tapi, makan ikan pun harus dengan latar belakang pengetahuan yang cukup, lo.

Walau dianggap sehat dan rendah kolesterol, nyatanya ikan jenis ini juga bisa memicu munculnya kanker otak.

Kok bisa ya?

Ikan yang Tinggi Merkuri

The US Food and Drug Administration and the Environmental Protection Agency (FDA) atau badan pengawas makanan dan obat-obatan Amerika Serikat melaporkan, ada beberapa jenis ikan yang mengandung merkuri.

Seperti yang kita tahu, merkuri adalah zat beracun.

Risiko keracunan merkuri ikan bisa terjadi, terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak.

Begini Cara Sederhana Untuk Menghilangkan Bau Amis Pada Ikan

Sajian Sedap
Begini Cara Sederhana Untuk Menghilangkan Bau Amis Pada Ikan

Penelitian menunjukkan, merkuri punya efek buruk pada otak.

Hal ini tentu akan berbahaya bagi tumbuh kembang anak.

Dilansir dari elitereaders.com, FDA dan EPA menyarankan, wanita usia subur mulai dari 16 tahun hingga 49 tahun sebaiknya membatasi mengonsumsi ikan bermerkuri.

Lalu, berapa banyak porsi ikan yang aman dikonsumsi?

Ibu hamil dan menyusui bisa makan tiga porsi ikan dengan tingkat merkuri rendah dalam seminggu.

Sedangkan ikan dengan level merkuri tinggi, cukup sekali seminggu mengonsumsinya.

Anak-anak berusia dua tahun ke bawah bisa makan hingga dua porsi per minggu.

Supaya tidak salah konsumsi jenis ikan, sebaiknya cek daftar ikan dan kadar merkuri yang disarankan oleh FDA.

Ikan dengan tingkat merkuri rendah

– Perch air tawar
– Skate
– Skipjack Tuna (canned light)
– American and Spiny Lobster
– Jacksmelt
– Boston atau Chub Mackare

– trout
– Cumi-cumi
– kepiting
– Kerang
– Ikan lele
– Teri
– Sarden
– Salmon
– Tiram
– Nila

Ikan dengan tingkat merkuri sedang

– Tuna (semua jenis kecuali bigeye dan cakalang)
– kerapu
– kakap
– Monkfish

Ikan dengan tingkat merkuri tinggi

– Ikan todak
– Tilefish (ikan dari teluk Meksiko)
– Hiu
– Marlin
– Tuna Bigeye

Nah, berhati-hatilah saat membeli ikan laut dalam, terutama ya, perhatikan daftar ikan yang mengandung merkuri tinggi, sebaiknya jangan dibeli.

Siram Air Cucian Ikan ke Tanaman

Air bekas mencuci ikan sering langsung dibuang karena baunya yang amis.

Padahal, air bekas mencuci ikan bisa sangat bermanfaat untuk tanaman.

Soalnya, di dalam air tersebut terkandung unsur hara yang sangat bagus untuk tanaman.

Misalnya saja, unsur nitrogen, fosfor, dan kalium yang bisa membuat tanaman jadi subur.

Selain itu juga bisa memicu tumbuhnya buah atau bunga dengan cepat dan lebat.

Dikutip dari Kompasiana.com, menurut Ditjen Perikanan Budidaya (2007), limbah cucian ikan bisa meningkatkan kandungan unsur hara dalam pupuk cair yang di dalamnya adanya kandungan unsur Nitrogen,Fosfor, Kalium dan C-organik.

Seperti pada air cucian ikan sebagai pupuk cair yang akan di berikan pada tanaman mengandung unsur hara yang di butuhkan tanaman untuk bertumbuh, contohnya pada unsur Nitrogen memiliki kandungan sebesar 2,251%, Fosfor 4,37%, Kalium 0,36%, dan C-organik 15,42%.

Lalu, bagaimana cara menggunakannya?

Sebenarnya mudah banget.

Kita hanya tinggal menyiram air cucian ikan ke atas tanah.

Baiknya air cucian ini tidak lagi mengandung organ dalam ikan, ya.

Bukan apa, takutnya organ ikan yang berada di atas tanah ini akan mengundang lalat atau kucing yang mengganggu.

Sedangkan kalau air cuciannya saja, dijamin tidak akan amis karena meresap dalam tanah.

Jadi, stop buang air cucian ikan mulai sekarang, ya.

Artikel asli : grid.id

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *