Bos BRI Beberkan Nasib 81.680 Pegawai Pegadaian & PNM

Prospektus yang disampaikan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mengungkapkan besaran jumlah karyawan di dua anak usaha barunya yakni PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani atau PNM, dengan total mencapai 81.680 karyawan, belum termasuk BRI.

Masuknya Pegadaian dan PNM menjadi anak usaha BRI terjadi setelah terbentuknya Holding BUMN Ultra Mikro (UMi) yang dipimpin oleh BRI.

Pembentukan holding ini dilakukan dengan cara pengalihan saham seri B milik pemerintah di Pegadaian dan PNM ke BRI.

Aksi ini juga bersamaan dengan penerbitan saham baru dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue di mana pemerintah sebagai pemegang saham tidak menyetor dana tunai, melainkan inbreng sahamnya di PNM dan Pegadaian ke BRI.

Dirut BRI Sunarso menilai holding ini dinilai akan memperkuat masing-masing anak usaha di lini bisnisnya. Berkaitan dengan karyawan kedua anak usaha barunya itu, Sunarso menegaskan akan semakin terbuka kesempatan bagi karyawan dengan adanya holding tersebut.

Berdasarkan data prospektus rights issue BRI, jumlah total pekerja BRI per 31 Maret 2021 mencapai 117.592 orang, terdiri dari 61.424 pekerja tetap, pekerja kontrak sebanyak 24.024, dan trainee 191 orang, dan outsourcing 31.953 orang.

Karyawan BRI/Prospektus BRI
Foto: Karyawan BRI/Prospektus BRI
Karyawan BRI/Prospektus BRI

Jumlah pegawai Pegadaian total mencapai 31.098 orang, terdiri dari pekerja tetap 12.668 orang, pekerja kontrak 1.643 orang, dan outsourcing 16.787 orang.

Sementara di PNM total sebanyak 50.582 orang, terdiri dari pekerja tetap 3.629, pekerja kontrak 5.508, dan outsourcing 41.455 orang.

Total karyawan Pegadaian dan PNM mencapai 81.680 orang, ditambah BRI total karyawan Holding UMi 199.272 orang.

Karyawan Pegadaian/Prospektus BRI
Foto: Karyawan Pegadaian/Prospektus BRI
Karyawan Pegadaian/Prospektus BRI
Karyawan PNM/Prospektus BRI
Foto: Karyawan PNM/Prospektus BRI
Karyawan PNM/Prospektus BRI

Sunarso menjelaskan, dalam aksi korporasi tersebut hanya dilakukan akuisisi, sehingga tidak ada merger yang terjadi. Untuk itu, masing-masing perusahaan akan tetap berada pada core business-nya setelah proses tersebut selesai.

“Karena tidak merger, maka tidak ada yang berubah di dalam masing-masing entitas,” kata Sunarso dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV, Selasa (14/9/2021).

Sunarso mengatakan adanya holding ini dinilai akan menjadi sarana pengembangan talenta bagi karyawan di ketiga perusahaan pelat merah tersebut.

Para karyawan dinilai akan memiliki kesempatan berkarier yang lebih luas dengan PNM dan Pegadaian menjadi anak usaha BRI.

Menurut Sunarso, karyawan akan bisa mengoptimalisasi kompetensinya masing-masing di perusahaan ini.

“Bagi karyawan ini adalah kesempatan untuk menumbuhkembangkan kariernya secara optimal sesuai dengan potensinya masing-masing. Sudah barang tentu harus kompetisi secara sehat, karena kompetisi memang diperlukan supaya setiap individu mampu mengeluarkan potensi terbaiknya setelah itu baru dikolaborasikan dalam ekosistem ini,” katanya.

Dia menganalogikan kondisi karyawan saat ini dengan lomba renang. Menurut dia, selama ini para peserta berlomba dalam sebuah kolam yang kecil, namun dengan adanya holding tersebut, maka kolamnya menjadi lebih besar sehingga kompetisi yang dilakukan menjadi lebih luas.

Tak hanya kepada karyawan, adanya holding ini juga akan memberikan manfaat kepada nasabah adalah makin banyaknya usaha ultra mikro yang bisa dilayani oleh sistem pembiayaan yang disediakan oleh ekosistem ini.

Struktur Holding Ultra Mikro/prospektus BRI
Foto: Struktur Holding Ultra Mikro/prospektus BRI
Struktur Holding Ultra Mikro/prospektus BRI

 

Selain itu, juga akan tersedia produk pembiayaan yang lebih beragam dari ketiganya, mulai dari group lending yang disediakan oleh PNM, pembiayaan fidusia seperti yang diberikan oleh Pegadaian dan akses pembiayaan yang lebih besar di level BRI.

Dampak bagi pemegang saham adalah makin luasnya bisnis yang dijalankan oleh BRI sehingga makin besar potensi untuk pertumbuhannya bagi bank meski memakan waktu cukup lama.

“Dengan dibentuknya holding ultra mikro ini nafsu untuk tumbuh itu kita penuhi tetapi tumbuhnya kepada yang smaller, maka kemudian kita mencari segmen yang lebih kecil,” katanya.

“Sehingga terbentuknya holding ultra mikro ini sesungguhnya bagi pemegang saham bisa dimaknai bahwa inilah sebenarnya sumber pertumbuhan baru yang bisa menjaga pertumbuhan BRI ke depan secara grup secara sustain,” kata Sunarso yang juga Dirut Pegadaian periode Oktober 2017 hingga Januari 2019 ini.

Dalam rencana holding ultra mikro ini, BRI menggelar penerbitan saham baru atau rights issue.

BRI menawarkan sebanyak-banyaknya 28,213 miliar Saham Baru Seri B atas nama dengan nilai nominal Rp 50 per saham atau sebanyak-banyaknya 18,62% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah Penambahan Modal dengan HMETD I.

Dengan harga pelaksanaan rights issue BBRI yakni Rp 3.400 per saham, pemerintah melaksanakan seluruh haknya sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya dalam BRI dengan cara penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang (Inbreng) sesuai PP No. 73/2021.

Seluruh saham Seri B milik pemerintah dalam Pegadaian dan PNM akan dialihkan kepada BRI melalui mekanisme inbreng yang sudah dilakukan pada Senin (13/9).

Artikel asli : cnbcindonesia.com

Response (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *