Apakah Puasa Wanita yang Tidak Berjilbab Tidak Diterima?

Ketika wanita memamerkan auratnya, yang terjadi, dia sedang menjadi sumber dosa. Dosa bagi setiap lelaki yang melihat dirinya

Itulah para wanita yang menjadi sebab banyak lelaki melakukan zina mata… para wanita yang mengobral harga diri dan auratnya di depan umum, tanpa rasa malu

Karena itu, wajar jika Nabi ﷺ memberikan ancaman sangat keras untuk model manusia semacam ini

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: Dua jenis penghuni neraka yang belum pernah aku lihat

1. Sekelompok orang yang membawa cambuk seperti ekor sapi, dan dia gunakan untuk memukuli banyak orang

2. para wanita yang berpakaian tapi telanjang, jalan berlenggak-lenggok, kepalanya seperti punuk onta, mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan harumnya surga, padahal bau harum surga bisa dicium sejarak perjalanan yang sangat jauh
(HR.Muslim 2128)

Ada 2 pendapat ulama

1.Puasanya Tidak Diterima

Jika puasa seseorang menjadi tidak bernilai gara-gara dosa yang dia kerjakan

Apa yang bisa anda bayangkan ketika ada orang yang menjadi sumber dosa?

Layakkah dia berharap puasanya diterima?
Bahkan karena sebab dia, banyak lelaki yang pahala puasanya berkurang

Sebagian ulama salaf berpendapat bahwa kemaksiatan membatalkan puasa. Menurut pendapat ini, berdusta, mengumpat, ghibah, melihat aurat, membuat puasa menjadi batal. Demikian pula memperlihatkan aurat kepada orang lain. Pendapat ini dipegang oleh Al Auza’i dan Ibnu Hazm dari kalangan Zhahiriyah

2.Tidak membatalkan Puasa namun pahalanya tidak sempurna

Jumhur ulama’ berpendapat bahwa kemaksiatan tidak membatalkan puasa namun merusak pahala puasa

Imam Ahmad mengatakan, “Andaikata ghibah membatalkan puasa, niscaya kita tidak dapat berpuasa.” .

Pendapat kedua ini lebih kuat

Dengan demikian, orang tidak berjilbab, bukan berarti puasanya batal. Namun, sudah pasti pahala puasanya tidak bisa sempurna

Bahkan,na’udzubillah, dikhawatirkan puasanya tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga

(Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Allah Tidak Butuh Pada Puasanya

Kita meyakini amal soleh di bulan ramadhan, pahalanya dilipat gandakan. Dan kita juga perlu sadar bahwa perbuatan maksiat yang dilakukan manusia di bulan ramadha, dosanya juga dilipat gandakan

Ibnu Muflih menyebutkan keterangan gurunya, Taqiyuddin Ibnu Taimiyah,

Syaikh Taqiyuddin mengatakan, maksiat yang dilakukan di waktu atau tempat yang mulia, dosa dan hukumnya dilipatkan, sesuai tingkatan kemuliaan waktu dan tempat tersebut.
(al-Adab as-Syar’iyah, 3/430).

Orang yang melakukan maksiat di bulan ramadhan, dia melakukan dua kesalahan,

1.Melanggar larangan Allah

2.Menodai kehormatan ramdhan dengan maksiat yang dia kerjakan.

Karena itulah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi ancaman keras orang yang masih rajin bermaksiat ketika puasa

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.”
(HR. Bukhari 1903, Turmudzi 711 dan yang lainnya).

Response (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *