SUWAID bin Ghaflah adalah seorang tabi’in yang dikaruniai umur panjang sekaligus semangat dalam menjalankan ibadah. Al Walid bin Ali mengisahkan dari ayahnya,”Suwaid bin Ghaflah mengimami kami qiyam di bulan Ramadhan, sedangkan beliau waktu itu berumur 120 tahun”.
Ashim bin Kulaib menuturkan, Suwaid bin Ghaflah menikahi seorang gadis muda padahal umurnya sudah mencapai 116 tahun. Beliau wafat pada umur 128 tahun pada tahun 81 H. (Lihat Shifat As Shafwah, 3/23 juga Siyar A’lamin Nubala’ oleh adz-Dzahabi 4/72)
Sementara Abu Bakar al-Isma’ili mengisahkan, tatkala Muhammad bin Uqbah asy-Syaibani (salah seorang ulama Kufah) menginjak usia lanjut, dia mengatakan kepada anak-anaknya pada suatu malam, “Aku menginginkan seorang istri malam ini!”
Anak-anaknya mengatakan, “Kalau begitu, besok kita akan menikahkan ayahanda.”
Namun, sang ayah yang dalam kondisi lemah dan hanya bisa tinggal di rumah saja, itu mendesak untuk menikah secepatnya.
Sebagian anaknya mengatakan kepada lainnya, “Ayah kita sudah lanjut usia, akalnya seperti sudah tidak beres lagi, tidak ada pilihan bagi kita kecuali mewujudkan keinginannya.”
Akhirnya mereka pun menikahkannya dengan gadis dari kabilah mereka. Si istri kemudian mandi, berdandan, mengenakan minyak wangi, dan memakai gaun baru lalu tidur bersama Muhammad bin Uqbah.